PENGGUNAAN HURUF KAPITAL
Makalah ini disusun
untuk tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Program Studi Pendidikan
Agama Islam, Semester I Madin
Sekolah Tinggi
Agama Islam NU Pacitan
Dosen
Pengampu
Dra. Ardiani Rahma Riswari, M.Pd
Disusun
Oleh :
Budi Santoso 20130101673
SEKOLAH TINGGI
ILMU AGAMA ISLAM NU PACITAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Jl. Letjend S.
Parman No. 44b Pacitan
Phone: 0357
885635 E-mail : stitnupa_106@yahoo.co.id
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Bahasa memiliki peranan penting
dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara
langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan,
di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat
dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi disegala
aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung
kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi
secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara
tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik
dan benar
Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah
peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku
warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata
bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah
sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup
besar dalam mengatur etika berbahasasecara tertulis sehingga diharapkan
informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan
terarah Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam
keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat
digunakan secara baik dan benar
B. PERMASALAHAN
1.
Bagaimana Pengertian dan Sejarah EYD
2. Bagaimana pemakaian huruf dalam
bahasa Indonesia yang benar
3.
Bagaimana Penulisan kata dalam bahasa Indonesia yang benar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Sejarah EYD
Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD)
adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku
sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan-ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada dasarnya ejaan adalah seperangkat aturan tentang
cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai
sarananya.Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan
berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku
kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih
luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan
bahasa. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.
Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna.Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh
setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada,
terciptalah lalu lintas yang tertib danteratur. Seperti itulah kira-kira bentuk
hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.Ejaan yang berlaku sekarang
dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD)
EYD
sendiri mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan ketiga dalam
sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan
sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan
Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada
saat Ejaan itu diresmikan padatahun 1947).
B.
Pemakaian Huruf
Pemakaian
huruf pada dasarnya itu berbicara mengenai
masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yakni : Abjad, Vokal, Konsonan,
Huruf diftong, huruf Kapital, huruf tebal dan huruf miring
1.
Abjad
Di dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan disebutkan bahwa abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia
terdiri dari huruf sebagai berikut :
Kapital
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
I
|
J
|
K
|
L
|
M
|
Kecil
|
a
|
b
|
c
|
d
|
e
|
f
|
g
|
h
|
i
|
j
|
k
|
l
|
m
|
Nama
|
a
|
be
|
ce
|
de
|
e
|
ef
|
ge
|
ha
|
i
|
je
|
ka
|
el
|
em
|
Kapital
|
N
|
O
|
P
|
Q
|
R
|
S
|
T
|
U
|
V
|
W
|
X
|
Y
|
Z
|
Kecil
|
n
|
o
|
p
|
q
|
r
|
s
|
t
|
u
|
v
|
w
|
x
|
y
|
z
|
Nama
|
en
|
o
|
pe
|
qi
|
er
|
es
|
te
|
u
|
ve
|
we
|
ex
|
ye
|
zet
|
2. Huruf Vokal
Huruf
melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf Vokal :
A, I, U,
E, O
Contoh : Api, Ikan, Uang, Emas, Orang
Keterangan :
Untuk keperluan
pelafalan kata yang benar, tanda aksen (*) dapat digunakan jika ejaan kata
menimbulkan keraguan Misalnya:
-
Anak-anak bermain di teras (téras). Upacara itu dihadiri pejabat teras
-
Kami menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri.
-
Di mana kécap itu dibuat? Coba kecap
dulu makanan itu.
3. Huruf Konsonan
Huruf yang
melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf b,
c, d, f, g, h, j, k, l,
m, n, p, q, r, s, t, v,
w, x, y, dan z
Huruf
Konsonan |
Contoh Pemakaian dalam
Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
b
c d f g h j k l m n p q** r s t v w x** y z |
bahasa
cakap dua fakir guna hari jalan kami - lekas maka nama pasang Quran raih sampai tali varia wanita xerox yakin zeni |
sebut
kaca ada kafan tiga saham manja paksa rakyat* alas kami tanah apa status quo bara asli mata lava hawa - payung lazim |
adab
- Abad maaf gudeg tuah mikraj politik bapak* akal diam daun siap Taufiq putar tangkas rapat - - sinar-x - juz |
Keterangan :
* Huruf k
melambangkan bunyi hamzah. ** Huruf q dan x khusus dipakai untuk
nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status
quo dan sinar x).
4.
Huruf Diftong
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
5. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf
konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf Konsonan |
Contoh Pemakaian
dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Awal
|
|
kh
ng ny sy |
khusus
ngilu nyata syarat |
akhir
bangun banyak isyarat |
tarikh
senang - arasy |
Catatan: Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
6.
Huruf Kapital
a.
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai
huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: - Dia membaca buku, - Apa maksudnya?,
- Kita harus
bekerja keras.
b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
petikan langsung.
misalnya: -
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
-
Orang itu menasihati anaknya,
"Berhati-hatilah, Nak!"
-
Kemarin engkau terlambat," katanya.
c.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk
kata ganti untuk Tuhan. misalnya: Islam, Quran, Allah, Yang Mahakuasa,
Tuhan
akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
d.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim
e.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama
orang.
Misalnya: - Dia baru saja diangkat menjadi sultan,
-
Pada tahun ini dia pergi naik haji,
-
Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti
kiai.
f.
Huruf
kapital dipakai atau tidak dipakai sebagai huruf pertama
1)
Unsur nama jabatan yang diikuti nama orang,
nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang
tertentu. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri
Nehru
2)
Nama jabatan atau nama instansi yang merujuk
kepada bentuk lengkapnya. Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik
Indonesia, Sidang itu dipimpin Presiden.
3)
Nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk
kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
4)
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.Misalnya:
bangsa Eskimo, suku Sunda, bahasa Indonesia.
5)
Nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan
sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: pengindonesiaan kata asing, keinggris-inggrisan,
kejawa-jawaan.
6)
Nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. Misalnya
: tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid
7)
Nama peristiwa sejarah. Misalnya: Perang Candu,
Perang Dunia I, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
8)
Nama diri geografi. Misalnya: Banyuwangi, Asia
Tenggara, Cirebon, Amerika Serikat.
9)
Nama geografi yang diikuti nama diri geografi. Misalnya:
Bukit Barisan, Danau Toba Dataran Tinggi Dieng, Gunung Semeru
Catatan:
-
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama
Jerman), atau da (dalam nama Portugal). Misalnya: J.J de Hollander,J.P. van
Bruggen ,H. van der Giessen.
-
Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak
dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. Misalnya: Abdul
Rahman bin Zaini, Ibrahim bin Adham, Siti Fatimah binti Salim.
7. Huruf Miring
a. Huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan. Misalnya:
-
Saya pernah membaca
buku Negarakertagama karangan Prapanca.
-
Majalah Bahasa dan
Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
-
Berita itu muncul
dalam surat kabar Suara Merdeka.
Catatan:
Judul skripsi, tesis,
atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis
dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
b. Huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata.
Misalnya: - Huruf pertama kata abad adalah a.
-
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
-
Bab ini tidak membicarakan pemakaian
huruf capital
c.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya:
-
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia
mangostana.
-
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani
terhadap anak.
-
Politik devide et impera pernah
merajalela di negeri ini.
-
Weltanschauung dipadankan
dengan 'pandangan dunia'.
d.
Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam
bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia. Misalnya:
-
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
-
Korps diplomatik memperoleh
perlakuan khusus.
Catatan:
Dalam
tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring
digarisbawahi.
8.
Huruf Tebal
a. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab,
bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks,
dan lampiran. Misalnya: Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab : BAB I
PENDAHULUAN
Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
Daftar, indeks, dan
lampiran: DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS LAMPIRAN
b. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan
huruf miring. Misalnya:
-
Akhiran –i tidak dipenggal pada
ujung baris.
-
Saya tidak mengambil
bukumu.
-
Gabungan kata kerja
sama ditulis terpisah.
Seharusnya ditulis
dengan huruf miring:
-
Akhiran –i
tidak dipenggal pada ujung baris.
-
Saya tidak
mengambil bukumu.
-
Gabungan kata kerja
sama ditulis terpisah.
c. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema
serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Misalnya: kalah v 1 tidak menang ...; 2 kehilangan atau
merugi ...; 3 tidak lulus ...; 4 tidak menyamai, mengalah v mengaku kalah
mengalahkan v 1
menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3 menganggap kalah ... terkalahkan v
dapat dikalahkan ...
Catatan:
Dalam tulisan tangan
atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal
diberi garis bawah ganda.
C.
Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: Kantor pos sangat ramai.
Adik naik sepeda baru
(kedua kalimat ini dibangun dengan gabungan kata dasar)
2.
Kata Turunan
a.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya: berbaga ketetapan sentuhan gemetar
b.
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: diberi
tahu, beri tahukan
bertanda tangan, tanda tangani
c.
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: memberitahukan Ditandatangani
3.
Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung.
Misalnya: anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan,
dibesar-besarkan,
mondar-mandir, porak-poranda, kupu-kupu,
laba-laba.
4.
Gabungan Kata
a.
Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa.
b.
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian unsur yang berkaitan. Misalnya: alat pandang-dengar (audio-visual), anak-istri saya (keluarga), buku
sejarah-baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua), orang-tua muda
(ayat ibu muda) kaki-tangan penguasa (alat penguasa)
c.
Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat
padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata. Misalnya: acapkali, apabila,
bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti,
halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif,
saputangan.
d.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional,
kosponsor. Jika bentuk terikan
diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata itu
ditulisakan tanda hubung (-).Misalnya: non-Asia, neo-Nazi
5.
Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau
sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya. aku bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambil menjadi engkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa,
kauambil Misalnya: Bolehkan aku ambil jeruk ini satu? Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini. Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
6.
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan
dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya: Tinggalah
bersama saya di sini.Di mana orang tuamu?
Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
Kinerja Lely lebih baik daripada
Tuti, Kami percaya kepada Ada.
Akhir-akhir ini beliau
jarang kemari.
7.
Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
si kancil, sang petualang
8.
Partikel
a.
Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya: Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
Siapakah tokoh yang
menemukan radium?
b.
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.
Catatan:
Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnya adapun, andaipun.
Misalnya: Adapun
sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui. Walaupun hari hujan, ia datang
juga.
c.
Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya:
Mereka masuk ruang satu per satu (satu demi satu).
Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter (tiap meter).
9.
Singkatan dan Akronim
a.
Singkatan ialah bentuk
singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1)
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan,
jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap
singkatan itu.
Misalnya:
H. Hamid - Haji
Hamid, Suman Hs.- Suman Hasibuan
M.Hum.- magister humaniora, S.Sos - sarjana sosial
2)
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri
atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti
dengan tanda titik. Misalnya: SD - sekolah dasar
WHO - World Health Organization
3)
Singkatan kata yang berupa gabungan huruf
diikuti dengan tanda titik. Misalnya: kpd. Kepada,
tgl. Tanggal
4)
Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga
huruf diakhiri dengan tanda titik. Misalnya: ybs. yang bersangkutan
Yth. Yang terhormat
5)
Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua
huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda
titik. Misalnya: a.n. atas nama, u.p. untuk
perhatian
b.
Akronim ialah
singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
1)
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf
awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda
titik.
Misalnya: PASI Persatuan
Atletik Seluruh Indonesia
SIM surat
izin mengemudi
2)
Akronim nama diri yang berupa singkatan dari
beberapa unsur ditulis dengan huruf awal capital Misalnya: Bulog Badan
Urusan Logistik, Bappenas Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional
10.
Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau
kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab
: 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi
:I, II, III, IV, V, VI, VII,
VIII, IX, X, L (50), C (100), D
(500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
a.
Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu
dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.Misalnya: Mereka
menonton drama itu sampai tiga kali. Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum
terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
b.
Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan
huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang
tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.Misalnya: Lima
puluh siswa kelas 6 lulus ujian. Bukan: 250 orang peserta diundang Panitia
dalam seminar itu.
c.
Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar
dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.Misalnya: Perusahaan itu baru
saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
d.
Angka digunakan untuk menyatakan
(1)
ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (2) satuan waktu; (3) nilai uang; dan (4)
jumlah. Misalnya: 0,5 sentimeter tahun 1928
US$3,50*
Catatan : Penulisan
lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik
dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di
dalam tabel.
e.
Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan,
rumah, apartemen, atau kamar. Misalnya: Apartemen No. 5, Hotel Mahameru, Kamar
169
f.
Angka digunakan untuk menomori bagian karangan
atau ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252
g.
Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan
sebagai berikut:
1)
Bilangan utuh
Misalnya: dua belas (12)
tiga puluh (30)
2)
Bilangan pecahan Misalnya: setengah (1/2)
dua persepuluh
(0,2) atau (2/10)
satu persen (1%)
satu permil (1‰)
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
EYD (Ejaaan
yang disempurnakan) Memiliki lima Aspek yang terpenting yaitu
1.
Pemakaiaan Huruf yakni : Abjad, Vokal, Kosonan, Huruf diftong,
Huruf kapital, huruf tebal, dan huruf miring
2.
Penulisan Kata terdiri dari :
a.
Kata Dasar :Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
b.
Kata Turunan
1)
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditrangkai dengan kata dasarnya
2)
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya..
c.
Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis
secara lengkap dengan tanda hubung
d.
Gabungan Kata
1)
Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
2)
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
3)
Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat
padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
e.
Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau
sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya.
f.
Kata Depan di, ke, dan dari
g.
Kata Sandang si
dan sang
h.
Partikel
1)
Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya.
2)
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
3)
Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap)
ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
i.
Singkatan dan Akronim
1)
Singkatan ialah bentuk singkat, terdiri atas
satu huruf atau lebih
a)
.Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan,
jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap
singkatan itu.
b)
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri
atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
c)
Singkatan kata berupa gabungan huruf diikuti
dengan tanda titik.
d)
Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga
huruf diakhiri dengan tanda titik.
e)
Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua
huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) diikuti oleh tanda titik.
2)
Akronim ialah singkatan dari dua kata atau
lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
a)
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf
awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda
titik.
b)
Akronim nama diri yang berupa singkatan dari
beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital.
j.
Angka dan Bilangan Bilangan dapat dinyatakan
dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
B.
Kepustakaan
Salam, Rosdiah.
2006. Bahasa dan Sastra Indonesia. Makassar
Arifin, E.
Zaenal.1995. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Presindo.
H. G. Taringan.
1985. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
Agustin, Risa,
S.Pd. 2008. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Surabaya: Serba Jaya.
izin buat ngrjain tugas...
ReplyDeletebuat nambah ilmu