PROSES BELAJAR MENGAJAR
DAN PENGELOLAAN KELAS
Makalah ini disusun
untuk tugas mata kuliah Teknologi Pembelajaran
Program Studi Pendidikan
Agama Islam, Semester I Madin
Sekolah Tinggi
Agama Islam NU Pacitan
Dosen
Pengampu
Dra. Nur Andari, M.Pd
Disusun
Oleh :
Budi Santoso
SEKOLAH TINGGI
ILMU AGAMA ISLAM NU PACITAN
PRODI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Jl. Letjend S.
Parman No. 44b Pacitan
Phone: 0357
885635 E-mail : stitnupa_106@yahoo.co.id
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya
merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan
pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini diatur
serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan.
Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu
pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah
yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Sebagai
guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan lingkungan
belajar yang serasi bagi peserta didik yang dapat menghantarkan peserta didik
ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru sebagai pendidik berusaha menciptakan
suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik. Guru
sebagai pendidik tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan
kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat
mengembangkan potensi dan kreativitasnya, melalui interaksi belajar mengajar.
Oleh karena itu untuk meningkatkan keaktifan proses
pembelajaran ini, guru harus memahami apa yang ada di dalam interaksi belajar
mengajar, baik dari tujuan, faktor, unsur dan pola interaksi belajar mengajar.
Dengan demikian, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi
keseimbangan keaktifan baik dipihak guru dan siswa. Guru yang
professional salah satu cirinya adalah guru yang mampu mengelola kelas dengan
baik. Di kelas, segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru
dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat
individualnya; kurikulum dengan segala komponennya; dan materi serta sumber
pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu serta berinteraksi
di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan
oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas
dikelola dengan professionl.
Manajemen kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.
Manajemen kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan proses interaksi belajar mengajar
& manajemen kelas
2.
Unsur-unsur apa saja yang ada di dalam interaksi belajar
mengajar ?
3.
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi belajar
mengajar ?
4.
Bagaimana pola interaksi belajar mengajar ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Proses Interaksi Belajar Mengajar & Manajemen Kelas
1. Pengertian Proses interaksi belajar
mengajar
a. Pengertian Interaksi
Interaksi
Sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris Social Interaction yang
berarti saling bertindak, interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang
dinamis, bersifat timbal balik antara individu, antara kelompok dan antara
individu dengan kelompok. Apabila dua orang bertemu dan terjadi keadaan saling
mempengaruhi diantara mereka.
b. Pengertian Belajar
Menurut
Poerwodarminto, dalam kamus umum bahasa Indonesia menjelaskan ” Belajar adalah
berusaha supaya memperoleh kepandaian (ilmu dan sebagainya).” Namun secara umum
belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi
individu dengan lingkungan.
c. Pengertian Mengajar
Mengajar
adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa
untuk terjadinya proses belajar dengan tujuan yang dirumuskan, hal tersebut
dapat diartikan bahwa sasaran akhir proses pembelajaran adalah siswa belajar.
d. Pengetian Proses Interaksi dalam
belajar mengajar
Dari
beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan: Interaksi belajar mengajar
adalah hubungan timbal balik antara seorang guru yang berupaya memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar melalui proses
perubahan, perilaku akibat adanya komunikasi guru dan siswa.
2.
Pengertian Manajemen Kelas
a. Menurut Ahmad (1995:1) menyatakan
“Manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana
belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa
untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan”. Manajemen kelas merupakan usaha
sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha
sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat
peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar
mengajar dan pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan
dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.
b. Menurut Made Pidarta (dalam
Djamarah, 2005:172) “Manajemen kelas adalah proses seleksi dan penggunaan
alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas”. Guru bertugas
menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi kelas, sehingga
anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakat, dan energinya pada
tugas-tugas individual. Sudirman (dalam Djamarah 2006:172)” Manajemen kelas
merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas”. Kelas mempunyai peranan
dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksiedukatif, agar
memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas
harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.
“Manajemen kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran” (Mulyasa 2006:91).
“Manajemen kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran” (Mulyasa 2006:91).
c. Sedangkan menurut Sudirman (dalam
Djamarah 2006:177) ”Manajemen kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas”.
Ditambahkan lagi oleh Nawawi (dalam Djamarah 2006:177) ”Manajemen atau
manajemen kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan
potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap
personal untuk melakukan kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah ”. Arikunto
(dalam Djamarah 2006:177) juga berpendapat “ bahwa manajemen kelas adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang
membantu dengan maksud agardicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar yang seperti diharapkan”. Manajemen dapat dilihat dari dua
segi, yaitu manajemen yang menyangkut siswa dan manajemen fisik (ruangan,
perabot, alat pelajaran).
d. Berdasarkan pendapat para ahli
diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk
mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah pada
penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi
atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler
dapat tercapai.
B. Unsur-Unsur
Interaksi Belajar Mengajar & tujuan Manajemen Kelas
1. Unsur – unsur interaksi proses
belajar mengajar
Dalam
setiap interaksi pendidikan akan senantiasa mengandung dua unsur pokok, yakni:
a. Unsur Normatif
Dalam
interaksi normatif, antara guru dan peserta didik harus berpegang pada norma
yang diyakini bersama. Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan, sedangkan
pendidikan itu sifatnya normatif. Maka dalam proses pengajaran mesti
mencerminkan interaksi yang bersumber pada sumber-sumber norma yakni agama,
falsafah hidup dan kesulitan.
b. Unsur Teknis
Pendidikan
dapat dirumuskan pula secara teknis. Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu
peristiwa yang merupakan kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu
masa,terikat dalam situasi, serta terarah pada satu tujuan. Jika pendidikan
diformulasikan usaha pembentukan manusia susila,pancasila sejati,manusia
beragam, dan sebagainya adalah normatif dalam formulasinya. Adapun peristiwa
atau rangkaian peristiwa menuju kepada pembentukan itu sendiriadalah suatu
proses teknis. Secara teoritis pemisahan pembahasan mengenai aspek normatif dan
aspek teknis lazim terjadi. Namun secara praktiknya merupakan suatu kesulitan
bahkan mustahil untuk memisahkan kedua unsur tersebut. Karena pendidikan
merupakan satu senyawa terhadap suatu persoalan dasar yang sama.
2.
Tujuan manajemen Kelas
Menurut Ahmad (1995:2) bahwa tujuan manajemen kelas adalah
sebagai berikut:
a. Mewujudkan situasi dan kondisi
kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang
dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
c. Menyediakan dan mengatur fasilitas
serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai
dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
d. Membina dan membimbing sesuai dengan
latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
e. Tujuan manajemen kelas menurut
Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan
pendidikan. Tujuan manajemen kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual
dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan
bekerja. Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan manajemen
kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga
segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
C. Faktor - faktor
Interaksi Belajar Mengajar & Manajemen Kelas
1.
Faktor - faktor Interaksi Belajar Mengajar
Sebagaimana diketahui bahwa proses
pengajaran pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar subjek
didik; guru dan siswa. Komunikasi antar dua subjek ini dipengaruhi oleh berbagi
faktor yang mendasari terjadinya interaksi belajar mengajar yang meliputi
sebagai berikut:
b. Faktor Tujuan
Terdapat
istilah tujuan, baik yang bersifat umum maupun khusus sebagai berikut:
1) Tujuan umum yang dikenal dengan
istilah aims.
Aims sebagai
suatu statemen umum yang memberikan gambaran dan arah yang akan dituju, ia
menjadi pangkal tolak, ide/inspirasi dan pengarahan . Sifat umum dan luas dari
aims mengharuskan untuk dijabarkan/dijelaskan secara nyata dan terarah. Maka
dikenal istilah goals.
Goals
lebih menyatakan suatu aktivitas. Dari atu rumusan aims dapat dijabarkannya dan
dikembangkan beberapa rumusan goals. Goals lebih bersifat operasional, praktis,
dan realistik daripada aims.
2) Tujuan khusus yang dikenal dengan
istilah objectives
Dalam
gambaran objectives tertulis suatu kegiatan peserta didik setelah
menjalani interaksi pengajaran. Kegiatn yang tertulis dalam tujuan khusus ini
sering dinyatakan dalam bentuk kelakuan yang dalam istilah lain disebut behavior.
Maka tujuan khusus sering disebut behavioral objactives. Dalam
memantapkan rumusan tujuan khusus , maka berhubungan dengan dua hal yaitu
“kesesuaian ” dan “kegunaan. Istilah kesesuian menunjukan bahwa tujuan khusus
mesti sesuai dengan keadaan dan masalah yang dihadapi. Sedangkan istilah
kegunaan menunjukan bahwa tujuan khusus mesti berguna serta mencerminkan nilai
kegunaan dalam interaksi pengajaran.
Tujuan
pendidikan yang bersifat umum maupun khusus, berkisar pada tiga jenis, yakni:
·
Tujuan kognitif; tujuan yang berhubungan dengan pengertian
dan pengetahuan.
·
Tujuan afektif; tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah
minat, setiap nilai & alasan
·
Tujuan psikomotorik; tujuan yang berkaitan dengan
keterampilan dengan menggunakan alat indera.
Sedangkan fungsi dari tujuan pengajaran
itu sendiri ialah:
·
Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam
melaksanakan aktivitan/ interaksi belajar mengajar.
·
Menjadi penentu arah kegiatan
·
Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam menyusun
desain pengajaran
·
Menjadi materi pokok yang akan dikembangkan dalam
memperdalam dan mempeluas ruang lingkupnya.
·
Menjadi pedoman untuk mencegah/menghindari penyimpangan yang
akan terjadi.
c. Faktor Bahan Atau Materi Pengajaran
Penguasaan
materi oleh guru seyogyanya mengarah pada spesifik atas kecakapan yang
diajarkannya. Mengingat isi, sifat dan luasnya ilmu, maka guru harus mampu
menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa—apa yang akan diajarkannya kedalam
bidang ilmu yang bersangkutan. Penetapan/penentuan materi tersebut harus
didasarkan pada upaya pemenuhan tujuan pengajaran dan tidak boleh menyimpang
dari tujuan yang telah ada.
d. Faktor Guru Dan Peserta Didik
Guru
dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pembelajaran. Guru sebagai
pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan yang telah ditentukan, sedangkan
peserta didik sebagai yang langsung menuju pada arah tujuan melalui aktivitas
dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai sumber belajar atas
bimbingan guru. Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa tugas seorang
pengajar/guru itu sesuatu yang mulia. Kemuliaan ini mengandung dua kemanfaatan
:
·
Bagi orang yang mengajar (guru) yang menyampaikan ilmu
pengetahuan maka ia akan semakin bertambah pengetahuan dan pengalamannya.
·
Bagi orang yang diberi ilmu pengetahuan (peserta didik) akan
semakin bertambah pula pengetahuan dan pengalamnanya hingga mereka dapat
mengambil manfaat dari ilmu tersebut.
Peran guru adalah ganda, disamping
ia sebagai pengajar adalah sekaligus sebagai pendidik. Dengan demikian dalam
waktu bersamaan ia harus mengemban dua tugas utama yaitu mengajar dan mendidik.
Dalam rangka mengemban peran ganda tersebut maka secara garis besar guru harus
harus memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru yang dikemukakan oleh
Zakiah Daradjat yang disimpulkan menjadi 3 kompetensi yakni: Kompetensi
individual, Kompetensi social, Kompetensi professional.
Bagi peserta didik juga berlaku pada
dirinya tugas dan kewajiban. Setidaknya ada 4 hal yang perlu diperhatikan
peserta didik.
·
Peserta didik harus mendahulukan kesucian jiwa. Imam Ghazali
menyatakan: “Mendahulukan kesucian jiwa dari kerendahan akhlak dan sifat- sifat
tercela.” Menurutnya, ilmu pengetahuan itu kebaikan hati, shalatnya jiwa, dan
mendekatkan batin pada Allah.
·
Peserta didik harus bersedia untuk mencari ilmu pengetahuan.
Sedia mencurahkan segala tenaga,jiwa,raga dan pikiran untuk berkonsentrasi pada
ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
·
Jangan menyombongkan diri dengan ilmu yang telah
diperolehnya, apalagi menetang guru. Ini sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
·
Peserta didik harus mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan
yang dipelajarinya. Dalam hal ini Imam Ghazali menyatakan bahwa untuk dapat
mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan dapat melalui dua sebab; Kemuliaan
hasil/perolehan dan kepercayaan dan kekuatan dalil/argumentasinya.
e. Faktor Metode
Metode
adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai alat
untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan yang akan dicapai tersebut merupakan
faktor utama yang menentukan suatu metode.
f. Faktor situasi
Yang
dimaksud situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk
dalam pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik,
seperti faktor kelelahan dan semangat belajar. Juga keadaan cuaca, keadaan
guru, keadaan sarana dan prasarana yang memadai yang mungkin mengganggu atau
menghambat dalam proses pembelajaran. Diantara keadaan tersebut ada yang dapat
diperhitungkan dan ada pula yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya.
Terhadap situasi yang dapat diperhitungkan, guru dapat menyediakan alternatif
metode - metode mengajar dengan mengingat kemungkinan - kemungkian perubahan
situasi. Sedangkan terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan yang
disebabkan perubahan secara tiba-tiba/mendadak diperlukan kecekatan untuk
mengambil keputusan dengan segera mengenai cara/metode yang digunakan.
2.
Faktor - faktor Manajemen Kelas
Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dibagi
menjadi dua golongan yaitu,
a. faktor intern dan faktor ekstern
siswa.” (Djamarah 2006:184). Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah
emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya
masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan
sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis,
intelektual, dan psikologis.
b. Faktor ekstern siswa terkait dengan
masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa,
jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai
dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang
ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit
jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik. Djamarah
(2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam
manajemen kelas dapat dipergunakan prinsip-prinsip manajemen kelas sebagai
berikut.
1) Hangat dan Antusias
Hangat dan
Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab
pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya & aktifitasnya
akan berhasil dalam mengimplementasikan manajemen kelas.
2) Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3) Bervariasi
Penggunaan
alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik
akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian
ini merupakan kunci untuk tercapainya manajemen kelas yang efektif dan
menghindari kejenuhan.
4) Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
5) Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
6) Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari manajemen kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.
Tujuan akhir dari manajemen kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.
D.
Pola Interaksi dalam Pembelajaran & pendekatan dalam manajemen kelas
1. Pola Interaksi dalam Pembelajaran
Dalam proses interaksi pembelajaran antara
guru dan siswa memiliki pola yang meliputi sebagai berikut:
a. Pola dasar interaksi
Dalam
pola dasar interaksi belum terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur
guru, isi pembelajaran dan siswa yang semuanya belum ada yang mendominasi
proses interaksi dalam pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru
mendominasi proses interaksi, adakalanya isi yang lebih mendominasi, adakalanya
juga siswa yang mendominasi interaksi tersebut atau bahkan adakalanya antara
guru dan siswanya secara seimbang saling mendominasi.
b. Pola interaksi berpusat pada isi
Dalam
proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran disatu
sisi dan siswa mempelajari isi pembelajaran tersebut disisi lain, namun
kegiatan tersebut masih berpusat pada isi/materi pembelajaran.
c. Pola interaksi berpusat pada guru
Pada
pembelajaran yang kegiatannya semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya
terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi
pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada
dipihak guru yang bersangkutan, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi
pembelajaran yang disebut juga siswa pasif.
d. Pola interaksi berpusat pada siswa
Pada
pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa, siswa
merencanakan sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari dan
melaksanakan proses belajar dalam mempelajari materi pembelajaran tersebut.
Peran guru lebih banyak bersifat permisif, yakni membolehkan setiap kegiatan
yang dilakukan para siswa dalam mempelajari apapun yang dikehendakinya.
Untuk
meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan
sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat.
Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga
terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa.
2.
Pendekatan dalam Manajemen Kelas
a. Pendekatan Kekuasaan
Ciri yang utama pada pendekatan ini adalah ketaatan pada aturn yang melekat pada pemilik kekuasaan. Guru mengontrol siswa dengan ancaman, sanksi, hukuman dan bentuk disiplin yang ketat dan kaku.
Ciri yang utama pada pendekatan ini adalah ketaatan pada aturn yang melekat pada pemilik kekuasaan. Guru mengontrol siswa dengan ancaman, sanksi, hukuman dan bentuk disiplin yang ketat dan kaku.
b. Pendekatan Kebebasan
Manajemen kelas bukan membiarkan anak belajar dengan bebas tanpa batas tetapi memberikan suasana dan kondisi belajar yang memungkinkan anak merasa merdeka, bebas, nyaman, penuh tantangan dan harapan dalam melakukan belajar.
Manajemen kelas bukan membiarkan anak belajar dengan bebas tanpa batas tetapi memberikan suasana dan kondisi belajar yang memungkinkan anak merasa merdeka, bebas, nyaman, penuh tantangan dan harapan dalam melakukan belajar.
c. Pendekatan Keseimbangan Peran
Pendekatan ini dilakukan dengan member seperangkat aturan yang disepakati guru dan murid. Isi aturan berkaitan dengan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas dan aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan murid selama belajar.
Pendekatan ini dilakukan dengan member seperangkat aturan yang disepakati guru dan murid. Isi aturan berkaitan dengan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas dan aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan murid selama belajar.
d. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini menghendaki lahirnya peran guru untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang menguntungkan proses pembelajaran. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pengajaran yang baik.
Pendekatan ini menghendaki lahirnya peran guru untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang menguntungkan proses pembelajaran. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pengajaran yang baik.
e. Pendekatan Suasana Emosi dan Sosial
Goleman (1995) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa belajar tanpa keterlibatan emosional dan kegiatan saraf, kurang dari yang dibutuhkan untuk merekatkan pelajaran dalam ingatan. Menurut pendekatan ini manajemen kelas merupakan proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan social yang positif dalam kelas. Suasana hati yang saling mencintai antar guru dan murid-murid penting dalam menciptakan hubungan social pembelajaran.
Goleman (1995) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa belajar tanpa keterlibatan emosional dan kegiatan saraf, kurang dari yang dibutuhkan untuk merekatkan pelajaran dalam ingatan. Menurut pendekatan ini manajemen kelas merupakan proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan social yang positif dalam kelas. Suasana hati yang saling mencintai antar guru dan murid-murid penting dalam menciptakan hubungan social pembelajaran.
f. Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Manajemen kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah manajemen.
Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Manajemen kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah manajemen.
g. Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu manajemen kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk manajemen kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu manajemen kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk manajemen kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Interaksi belajar mengajar adalah
hubungan timbal balik antara seorang guru yang berupaya memberi kemungkinan
bagi siswa untuk terjadinya proses belajar melalui proses perubahan, perilaku
akibat adanya komunikasi guru dan siswa.
Interaksi belajar mengajar
mengandung 2 unsur, yaitu unsur normatif dan unsur teknis. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar meliputi:
1.
Faktor tujuan:
Tujuan kognitif; tujuan yang
berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan.
Tujuan afektif; tujuan dengan usaha
merubah minat, setiap nilai dan alas an
Tujuan psikomotorik; tujuan dengan
keterampilan dengan menggunakan alat indera.
2.
Faktor bahan/materi pengajaran: guru harus mampu menguraikan
ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu yang
bersangkutan.
3.
Faktor guru dan peserta didik: Guru dan peserta didik adalah
dua subjek dalam interaksi pembelajaran.
4.
Faktor metode: Metode adalah suatu cara kerja yang
sistematik dan umum.
5.
Faktor situasi: suasana belajar atau suasana kelas
pengajaran.
Dalam proses interaksi antara guru
dan siswa terdiri dari 4 pola, yaitu:
1. Pola dasar interaksi
2. Pola interaksi berpusat pada isi
3. Pola interaksi berpusat pada guru
4. Pola interaksi berpusat pada
siswa
Guru memiliki andil yang sangat
besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan
mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah
proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua
komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara
optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum
pengajaran dilaksanakan.Keberhasilan guru mengajar di kelas tidak cukup bila
hanya berbekal pada pengetahuan tentang kurikulum, metode mengajar, media
pengajaran, dan wawasan tentang materi yang akan disampaikan kepada anak didik.
Di samping itu guru harus menguasai kiat manajemen kelas. Guru hendaknya dapat
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang menguntungkan bagi anak didik
supaya tumbuh iklim pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
Manajemen kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Kegiatan manajemen kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Manajemen kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Kegiatan manajemen kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
B. Kepustakaan
HM, Rohani Ahmad. 2004. Pengelolaan
Pengajaran. Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Murniasih, Eri dkk. Tanpa Tahun. 101
Tips Belajar Efektif dan Menyenangkan.
Semarang: PT. Sindur Press.
Suhardi dan Sri Sunarti. 2009. Sosiologi
1. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode
Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
ijin sedot gan
ReplyDelete