(Sebuah Pengabdian Hingga Akhir untuk Kekaisaran Jepang)
Kapal
ini dibangun dari 1939 hingga 1940 di Arsenal Angkatan Laut Kure,
Prefektur Hiroshima, dan secara resmi mulai ditugaskan pada akhir 1941.
Sepanjang tahun 1941, Yamato dijadikan kapal pemimpin yang dinaiki
Laksamana Isoroku Yamamoto. Kapal ini pertama kali berlayar sebagai
anggota Armada Gabungan selama Pertempuran Midway Juni 1942. Selama
tahun 1943, Yamato secara terus menerus dipindah-pindahkan dari Truk ke
Kure, dan lalu ke Brunei untuk menghindari serangan udara Amerika
Serikat terhadap pangkalan militer Jepang.
Yamato hanya pernah sekali menembakkan meriam utama ke sasaran musuh. Kesempatan itu diberikan kepadanya pada bulan Oktober 1944, namun Yamato segera diperintahkan pulang setelah serangan dari kapal perusak dan pesawat-pesawat tempur dari gugus tugas kapal induk pengawal "Taffy" berhasil menenggelamkan tiga kapal penjelajah berat dalam Pertempuran Lepas Pantai Samar. Yamato karam bulan April 1945 dalam Operasi Ten-Go.
Karier
Tahun 1941
Dari
22 Oktober hingga 25 Oktober 1944, Yamato bergabung dengan armada
Kekuatan Tengah di bawah komando Takeo Kurita dalam Pertempuran Teluk
Leyte yang merupakan pertempuran laut terbesar dalam sejarah. Ketika
sedang berlayar, armada Kurita diserang kapal selam USS Darter dan USS
Dace di Selat Palawan. Atago yang dijadikan kapal bendera oleh Kurita
dan Maya ditenggelamkan dengan tembakan torpedo, sementara Takao rusak.
Keadaan ini memaksa Kurita untuk memakai Yamato sebagai kapal bendera.
Sepanjang Pertempuran Laut Sibuyan, Yamato dijatuhi tiga bom penembus
perisai dari pesawat pengebom yang berpangkalan di atas kapal induk USS
Essex, sementara Musashi tenggelam setelah dihantam 17 torpedo dan 19
bom. Pada malam 24 Oktober, Kekuatan Tengah Kurita melayari Selat San
Bernardino, dan menyerang sekelompok kecil kapal induk pengawal dan
kapal-kapal penjelajah segera setelah pagi tiba. Pada tahap-tahap awal
Pertempuran Lepas Pantai Samar, Yamato untuk pertama kali sekaligus
terakhir kalinya menghadapi kapal-kapal perang musuh. Tembakan Yamato
berhasil mengenai sebuah kapal induk pengawal, sebuah kapal perusak, dan
sebuah kapal perusak pengawal. Setelah memastikan tembakan meriam utama
tepat mengenai sasarannya di USS Gambier Bay, sekelompok torpedo
Amerika Serikat dideteksi sedang menuju ke arah Yamato hingga terpaksa
mundur dari pertempuran, dan tidak lagi dapat ikut serta bertempur.
Gugus tugas Kurita dibubarkan kemudian setelah tiga kapal penjelajah
berat tenggelam, sementara pihak Jepang hanya berhasil menenggelamkan
satu kapal induk pengawal dan tiga kapal perusak.
Yamato
(大和) adalah kapal tempur Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dalam Perang
Dunia II, sekaligus kapal utama dalam Armada Gabungan Jepang. Nama kapal
ini diambil dari nama Provinsi Yamato. Sebagai kapal pertama dalam
kelasnya, Yamato bersama kapal sekelasnya, Musashi merupakan kapal
tempur terbesar dan terberat yang pernah dibangun. Berat kapal dengan
muatan penuh 72.800 ton, & dipersenjatai dengan 9 meriam utama
kaliber 46 cm (18,1 inci).
Yamato |
Yamato hanya pernah sekali menembakkan meriam utama ke sasaran musuh. Kesempatan itu diberikan kepadanya pada bulan Oktober 1944, namun Yamato segera diperintahkan pulang setelah serangan dari kapal perusak dan pesawat-pesawat tempur dari gugus tugas kapal induk pengawal "Taffy" berhasil menenggelamkan tiga kapal penjelajah berat dalam Pertempuran Lepas Pantai Samar. Yamato karam bulan April 1945 dalam Operasi Ten-Go.
- Dipesan: Maret 1937
- Mulai dibuat: 4 November 1937
- Diluncurkan: 8 Agustus 1940,
- Ditugaskan: 16 Desember 1941
- Status: Tenggelam 7 April 1945 di utara Okinawa
- (30" 22 N 128 "04 E30.367" LU 128.067" BT)
- Berat benanam: 65.027 ton 71.659 ton (muatan penuh)
- Panjang: 256 m (permukaan air) 263 m (keseluruhan)
- Lebar: 36.9 m
- Draught: 11 m
- Tenaga penggerak: 12 Kampon boiler penggerak 4 turbin uap 110 MW (150,000 shp) Empat propeler 3-bilah.
- Kecepatan: 50 km/jam (27 knot)
- Jarak tempuh: 7200 mil laut (13334 km) pada 30 km/jam (16 knot)
- Awak kapal: 2,500.2,800
- Kapal tempur Jepang Yamato
Tahun 1941
- 9 x 46 cm (18,1 inci) (3 x 3)
- 12 x 155 mm (6,1 inci) (4 x 3)
- 12 x 127 mm (5 inci)
- 24 x 25 mm senjata anti pesawat (8 x 3)
- 4 x 13,2 mm AA (2 x 2)
- 9 x 46 cm (18,1 inci) (3 x 3)
- 6 x 155 mm (6,1 inci) (2 x 3)
- 24 x 127 mm (5 inci)
- 162 x 25 mm senjata anti pesawat (52 x 3, 6 x 1)
- 4 x 13,2 mm AA (2 x 2)
- Pesawat: 7 (2 ketapel)
Desain dan konstruksi
Yamato
adalah kapal utama dalam "kapal tempur kelas berat" Yamato yang
dirancang Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada tahun 1937.Kapal tempur
kelas ini dirancang untuk dapat meladeni sasaran musuh yang beragam, dan
dimaksudkan sebagai cara Jepang untuk bersaing dengan Angkatan Laut
Amerika Serikat yang lebih maju. Dengan dibuatnya kapal-kapal kelas
Yamato yang masing-masing berkapasitas 70.000 ton, Jepang berharap
kemampuan kapal-kapal tempurnya dapat menyaingi Amerika Serikat.
Pembangunan
lunas Yamato dimulai 4 November 1937 di Arsenal Angkatan Laut Kure
dengan memakai galangan kapal yang didesain secara khusus. Pembangunan
kapal ini dirahasiakan. Kain berukuran besar menghalangi pemandangan
sewaktu kapal ini dibagun di galangan kapal Kure. Kapal ini sangat
besar, sehingga perlu dirancang dan dibuat Crane (alat angkat) yang
masing-masing dapat mengangkat muatan 150 ton dan 350 ton. Yamato
diluncurkan 8 Agustus 1940 di bawah pimpinan Kapten (kemudian naik
pangkat sebagai Laksamana Madya) Miyazato Shutoku.
Persenjataan
Meriam utama Yamato terdiri dari sembilan meriam laut 40 cm/45 Tipe 94 kaliber 18,1 inci yang merupakan artileri angkatan laut berkaliber terbesar yang pernah dipasang di atas kapal perang. Panjang masing-masing meriam 21,13 m dan beratnya 147,3 metrik ton. Meriam ini mampu menembakkan peluru penembus perisai berdaya ledak tinggi hingga sejauh 42,0 km. Meriam sekunder terdiri dari dua belas meriam kaliber 6,1 inci (15 cm) yang dipasang di empat menara meriam (satu di depan, satu di belakang, dua di tengah kapal), dan dua belas senjata kaliber 5 inci (13 cm) yang dipasang di enam menara meriam ganda (tiga di masing-masing sisi bagian tengah kapal). Selain itu, Yamato membawa 24 senapan antipesawat yang sebagian besar di pasang di bagian tengah kapal. Ketika dilengkapi kembali pada tahun 1944, meriam sekunder diganti menjadi enam meriam kaliber 6,1 inci (15 cm), dua puluh empat meriam kaliber 5 inci (13 cm), dan seratus enam puluh dua senjata anti pesawat kaliber 1 inci (2,5 cm) sebagai persiapan pertempuran laut di Pasifik Selatan.
Meriam utama Yamato terdiri dari sembilan meriam laut 40 cm/45 Tipe 94 kaliber 18,1 inci yang merupakan artileri angkatan laut berkaliber terbesar yang pernah dipasang di atas kapal perang. Panjang masing-masing meriam 21,13 m dan beratnya 147,3 metrik ton. Meriam ini mampu menembakkan peluru penembus perisai berdaya ledak tinggi hingga sejauh 42,0 km. Meriam sekunder terdiri dari dua belas meriam kaliber 6,1 inci (15 cm) yang dipasang di empat menara meriam (satu di depan, satu di belakang, dua di tengah kapal), dan dua belas senjata kaliber 5 inci (13 cm) yang dipasang di enam menara meriam ganda (tiga di masing-masing sisi bagian tengah kapal). Selain itu, Yamato membawa 24 senapan antipesawat yang sebagian besar di pasang di bagian tengah kapal. Ketika dilengkapi kembali pada tahun 1944, meriam sekunder diganti menjadi enam meriam kaliber 6,1 inci (15 cm), dua puluh empat meriam kaliber 5 inci (13 cm), dan seratus enam puluh dua senjata anti pesawat kaliber 1 inci (2,5 cm) sebagai persiapan pertempuran laut di Pasifik Selatan.
Dinas tempur
Uji coba dan operasi pertama: 1942
Uji coba dan operasi pertama: 1942
Konfigurasi Yamato akhir tahun 1945 |
Pada
16 Desember 1941, Yamato secara resmi ditugaskan di Kure di bawah
pimpinan Kapten (naik pangkat sebagai Laksamana Madya) Gihachi
Takayanagi sebagai komandan kapal. Pada hari yang sama, Yamato bergabung
dengan Divisi Kapal Tempur I bersama-sama dengan kapal tempur Nagato
dan Mutsu. Pada 12 Februari 1942, Yamato dijadikan kapal pemimpin Armada
Gabungan di bawah komando Laksamana Isoroku Yamamoto. Setelah
serangkaian uji coba di laut dan permainan perang, Yamato dinyatakan
siap beroperasi secara penuh dan mulai bertugas sejak 27 Mei 1942.
Yamato juga ditugaskan sebagai kapal tempur utama Isoroku Yamamoto
sebagai persiapan menghadapi Pertempuran Midway. Dalam Pertempuran
Midway, Laksamana Yamamoto memimpin kekuatan laut Jepang dari atas
anjungan Yamato. Setelah kapal induk Jepang menderita kekalahan (empat
kapal induk dan 332 pesawat yang diangkutnya hancur), Yamato dan
kapal-kapal tempur utama ditarik mundur ke Hashirajima.
Pada
17 Agustus 1942, Yamato berangkat dari Kure menuju Truk. Sebelas hari
kemudian, kapal selam Amerika Serikat Flying Fish memergoki Yamato, dan
menembakkan empat torpedo ke arah Yamato. Keempat-empatnya luput, dan
Yamato selamat tiba di Truk pada hari yang sama. Semasa Kampanye Militer
Guadalkanal, Yamato tetap berada di Truk mengingat tingkat konsumsi
bahan bakar yang boros hingga tidak mungkin dipakai dalam Pertempuran di
Kepulauan Solomon. Pada Desember 1942, Kapten (nantinya Laksamana
Madya) Chiaki Matsuda ditugaskan sebagai komandan Yamato.
Berpindah-pindah pangkalan: 1943
Pada
11 Februari 1943, Musashi menggantikan peran Yamato sebagai kapal
pimpinan Armada Gabungan. Yamato tidak pernah dipakai bertempur hingga
para awak kapal penjelajah dan kapal perusak Jepang di Pasifik Selatan
menjulukinya "Hotel Yamato". Yamato hanya disandarkan di Truk hingga Mei
1943 saat diberangkatkan ke Yokosuka dan dikembalikan ke Kure. Selama 9
hari, Yamato masuk dok kering untuk inspeksi dan perbaikan umum. Pada
bulan Juli 1943, Yamato kembali masuk dok kering untuk pemasangan sistem
senjata antipesawat, perisai menara meriam sekunder, dan sistem kendali
kapal yang diperbarui dan dipasang kembali. Pada bulan Agustus, Yamato
diberangkatkan ke Truk untuk bergabung dengan Gugus Tugas berukuran
besar yang dibentuk untuk mengatasi serangan udara Amerika di atol
Tarawa dan Makin. Pada November 1943, Yamato bergabung dengan gugus
tugas yang lebih besar, terdiri dari enam kapal tempur, tiga kapal
induk, dan sebelas kapal penjelajah sebagai reaksi atas serangan udara
Amerika Serikat di Kepulauan Wake. Dalam dua kali aksinya, Yamato tidak
pernah bertemu dengan kekuatan laut maupun udara Amerika Serikat, dan
armada dipulangkan ke Truk.
Pada
November 1943, Yamato dan Musashi diputuskan untuk diubah sebagai kapal
angkut mengingat kapasitas penyimpanan kedua kapal ini yang besar dan
dilindungi perisai baja. Pada 23 Desember 1943, ketika sedang mengangkut
pasukan dan peralatan ke Kepulauan Admiraty, Yamato dan gugus tugasnya
diadang oleh kapal selam USS Skate yang menembakkan empat buah torpedo
ke arah Yamato. Dua di antaranya menghantam lambung kanan dekat menara
meriam nomor 3. Kerusakan berat pada perisai kapal membuat magasen atas
di menara meriam bagian belakang kebanjiran air. Yamato terpaksa
dipulangkan ke Truk untuk perbaikan darurat.
Yamato Terbakar akibar bombardemen pesawat AS |
Dari
19 Juni hingga 23 June 1944, Yamato mengawal Armada Mobil Ozawa selama
Pertempuran Laut Filipina yang dijuluki pilot-pilot Amerika Serikat
sebagai "Pesta Menembak Ayam Kalkun Mariana Raya". Kerugian
pihak Jepang melebihi 400 pesawat tempur, tiga kapal induk tenggelam
akibat serangan kapal selam dan serangan udara. Salah menembak ke
pesawat Jepang yang sedang pulang merupakan satu-satunya aksi Yamato
dalam pertempuran itu. Setelah pertempuran selesai, Yamato dan Armada
Mobil ditarik mundur ke Brunei untuk pengisian bahan bakar dan
dipersenjatai kembali.
Setelah
pertempuran di lepas pantai Samar, Yamato dan sisa-sisa Angkatan A
kembali ke Brunei. Pada 15 November 1944, Divisi Kapal Tempur I
dibubarkan, dan Yamato dijadikan kapal bendera Armada Kedua. Pada 21
November, ketika sedang melewati Laut Cina Timur dalam perjalanan menuju
Pangkalan Angkatan Laut Kure , Yamato dan kapal-kapal dalam gugus
tempurnya diserang kapal selam USS Sealion. Kapal tempur Kongo dan
sejumlah kapal perusak tenggelam. Setibanya di Kure, Yamato sehera masuk
dok kering untuk perbaikan dan peningkatan kemampuan sistem senjata
anti pesawat. Senjata anti pesawat yang lama diganti sistem baru. Pada
25 November 1944, Kapten Aruga Kosaku ditunjuk sebagai komandan Yamato
yang baru.
Operasi terakhir hingga karam: 1945
Pada
1 Januari 1945, Yamato, Haruna, dan Nagato dipindahkan ke Divisi Kapal
Tempur I yang baru diaktifkan kembali. Dua hari berikutnya, Yamato
keluar dari dok kering. Ketika Divisi Kapal Tempur I dinonaktifkan
kembali pada 10 Februari 1945, Yamato dipindahkan ke Divisi Angkut I.
Pada 19 Maret 1945, Yamato diserang habis-habisan oleh pesawat terbang
dari USS Enterprise, USS Yorktown, USS Intrepid yang menyerbu pangkalan
angkatan laut utama Jepang di Kure ketika Yamato sedang didok. Namun
Yamato hanya menderita kerusakan ringan, berkat pengawalan pilot
instruktur pesawat tempur Jepang yang menerbangkan pesawat tempur
Kawanishi N1K "Shiden" atau "George". Skuadron ini dipimpin pilot Minoru
Genda yang merencanakan Pengeboman Pearl Harbor. Kehadiran
pesawat-pesawat tempur Kawanishi N1K yang setara kalau tidak lebih
superior dibandingkan F6F Hellcat membuat pilot-pilot Amerika terkejut,
dan beberapa pesawat Amerika Serikat ditembak jatuh. Tembakan defensif
anti pesawat dan plat perisai dek atas yang tebal juga menjaga Yamato
dari kerusakan yang serius. Pada 29 Maret 1945, Yamato berangkat dengan
amunisi penuh, dan bersiap-siap melakukan pertempuran di Okinawa dalam
Operasi Ten-Go.
Operasi
Ten-Go yang dimulai 6 April 1945 adalah misi bunuh diri di lepas pantai
Okinawa yang dilakukan secara sengaja oleh Yamato dan sembilan kapal
pengawalnya. Ketika berangkat dari Kure, Yamato direncakan untuk
dikandaskan di pantai Okinawa, dan bertugas sebagai stasiun tempur yang
tidak tertenggelamkan. Meriam-meriam berat kaliber 18,1 inci menurut
rencana akan dipakai untuk melakukan bombardemen ke pasukan Amerika
Serikat yang berada di Okinawa. Yamato hanya membawa bahan bakar cukup
untuk sampai ke Okinawa. Persediaan bahan bakar yang ada memang sudah
tidak cukup untuk mengantarkan Yamato ke Okinawa dan pulang kembali ke
Kure. Ketika berlayar di Selat Bungo, Yamato dan kapal-kapal pengawalnya
dipergoki oleh kapal selam Amerika Serikat USS Threadfin dan USS
Hackleback. Keduanya melapor ke Gugus Tugas 58 tentang posisi Yamato.
Pada
pukul 12.32 tanggal 7 April 1945, Yamato menyambut serangan gelombang
pertama yang terdiri dari 280 pesawat dari Gugus Tugas 58, terkena tiga
kali (dua bom, satu torpedo). Pada pukul 14.00, dua kapal pengawal
Yamato tenggelam. Tidak lama kemudian, Yamato dan kapal-kapal pengawal
yang tersisa menjadi sasaran serangan gelombang kedua yang terdiri dari
100 pesawat. Pada pukul 14.23, setelah dihantam 10 torpedo dan kejatuhan
7 bom, ruang amunisi Yamato meledak. Asap ledakan membubung setinggi
6,4 km dan dapat dilihat dari Kyushu yang berjarak 160 km dari lokasi
tenggelamnya Yamato. Sejumlah 2.498 awak dari total 2.700 awak Yamato
dinyatakan hilang, termasuk komandan armada Laksamana Madya Seiichi Itō.
Sumber : http://id.wikipedia.org
siiiip ....!
ReplyDelete