MANUSIA SEMPURNA (INSAN KAMIL)
DAN MORALITAS IDEAL
Makalah ini dipresentasikan pada perkuliahan Akhlaq
Prodi
Pendidikan Agama Islam pada tanggal 29 Oktober 2013
di Sekolah Tinggi
Agama Islam NU Pacitan
Dosen
Pengampu
Ali Mufron, S.Pd.I, M.Pd.I
Disusun
Oleh :
Budi
Santoso 20130101673
SEKOLAH TINGGI
ILMU AGAMA ISLAM NU PACITAN
PRODI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara garis besarnya kegiatan ini
di awali dengan tela’ah konsep ajaran akhlaq yang memuat materi pokok tentang
Pembentukan Akhlaq Al-Karimah, baik yang termuat dalam kitab suci Al-Qur’an
maupun dalam Hadits. Lebih lanjut konsep ini akan memberikan gambaran
menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara pencipta, manusia dan
lingkungannya dalam konteks pembentukan insan kamil (yang berfklaq al-karimah)
sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
Disini tergambar kejelasan mengenai
hubungan dan keterkaitan manusia yang berkahlaq al-karimah dengan nilai-nilai
Ilahiyat dalam bersikap dan bertingkah laku, dilihat dari sudut pandang
pendidikan Islam. Khalayak biasanya mengartikan "insan kamil" sebagai
manusia sempurna, Sebagai aktualisasi dan contoh yang pernah ada hidup di
permukaan bumi ini adalah sosok Rasulullah Muhammad Saw. Tapi sayang sosok Nabi
yang agung ini hanya dilihat dan diikuti dari segi fisik dan ketubuhan beliau
saja. Artinya Beliau hanya dilihat secara partial saja, padahal kita mau
membicarakan kesempurnaan beliau. Lalu berduyun duyunlah "pakar"
Islam dari masa ke masa menulis, menganjurkan, bahkan menjadi perintah yang
hampir mendekati taraf "wajib", kepada umat Islam untuk mengikuti
contoh "perilaku" Nabi sampai kepada yang sekecil-kecilnya.
Akan tetapi dari sekian banyak
perintah itu sayangnya "sebagian besar" hanya tertuju kepada
mengikuti contoh perilaku fisik Rasulullah, sehingga begitu banyaknya kita
lihat manusia dengan "atribut fisik" mirip Rasulullah. Tampilan fisik
kita bukan saja mirip dalam segi pakaian dan ciri ketubuhan lainnya, akan
tetapi juga mirip dalam ritual dan gerakan-gerakan bahkan bacaan-bacaan dalam
ibadah beliau.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Pengertian insan kamil & moral
menurut islam
2. Bagaimana Ciri-ciri Insan kamil.
3. Bagaimana Proses pembentukan Insan
kamil.
4. Bagaimana penerapan moral menurut islam
untuk membentuk insan kamil.
C.
Tujuan
Tujuan penulis menyusun makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Memahami moral menurut islam dan
insan kamil.
2. Mengetahui Ciri-ciri Insan kamil.
3. Memahami Proses pembentukan Insan
kamil.
4. Memahami penerapan moral menurut islam
untuk membentuk insan kamil.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Insan Kamil & Moral
Insan
kamil berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata: Insan dan kamil. Secara
harfiah, Insan berarti manusia, dan kamil berarti yang sempurna. Dengan
demikian, insan kamil berarti manusia yang sempurna.
Insan
kamil tidak lain adalah sang mukmin, yang dalam dirinya terdapat kekuatan,
wawasan, perbuatan, dan kebijaksanaan. Sifat-sifat luhur ini dalam wujudnya
yang tertinggi tergambar dalam akhlak Nabi SAW. Insan kamil adalah sang mukmin
yang merupakan makhluk moralis, yang dianugerahi kemampuan rohani dan agamawi.
Untuk menumbuhkan kekuatan buruk dalam dirinya, sang mukmin senantiasa meresapi
dan menghayati akhlak Ilahi.
Moral
atau akhlaq dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan oleh para
ilmuan barat. Bila moral barat lebih menitikbertakan pada teori”antroposentrik”
tetapi dalam moral islam bersifat ”teosentrik” Dalam moral Islam suatu
perbuatan selalu dihubungkan dengan amal saleh atau dosa dengan pahala atau siksa,
dengan surga atau neraka. Moral dalam islam adalah sebagai perangkat nilai yang
tidak terhingga dan agung yang bukan saja beriskan sikap, prilaku secara
normative, yaitu dalam bentuk hubungan manusia dengan tuhan (iman), melainkan
wujud dari hubungan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
B. Ciri - ciri
Insan Kamil
Menurut
Murthadho Muttari manusia sempurna (Insan Kamil) yakni mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Jasmani yang sehat serta kuat dan
berketerampilan.
Orang islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat,
terutama berhubungan dengan penyiaran dan pembelaan serta penegakkan agama
islam. Dalam surah al-Anfal : 60, disebutkan agar orang islam mempersiapkan
kekuatan dan pasukan berkuda untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Jasmani yang
sehat serta kuat berkaitan pula dengan menguasai keterampilan yang diperlukan
dalam mencari rezeki untuk kehidupan.
2. Cerdas serta pandai.
Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah
dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki
pengetahuan (banyak memiliki informasi). Didalam surah az-Zumar : 9 disebutkan
sama antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya
hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
3. Ruhani yang berkualitas tinggi.
Kalbu yang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh
berisi iman kepada Allah, atau kalbu yang taqwa kepada Allah. Kalbu yang iman
itu ditandai bila orangnya shalat, ia shalat dengan khusuk, bila mengingat
Allah kulit dan hatinya tenang bila disebut nama Allah bergetar hatinya
bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka sujud dan menangis.[1]
Sifat
– sifatnya manusia yang sempurna terdiri dari : Keimanan, Ketaqwaan, Keadaban,
Keilmuan, Kemahiran, Ketertiban, Kegigihan dalam kebaikan dan kebenaran,
Persaudaraan, Persepakatan dalam hidup, Perpaduan umah.
Untuk
cara-cara mencapainya ialah dengan:
Istigfar
kepada allah SWT, Ikhlas, Sabar, Cermat,Optimis, Syukur
Adapun beberapa ciri – ciri atau
kriteria Insan Kamil yang dapat kita lihat pada diri Rasulullah SAW yakni 4
sifat yakni : [2]
a) Sifat amanah (dapat dipercaya)
Amanah /
dapat dipercaya maksudnya ialah dapat memegang apa yang dipercayakan seseorang
kepadanya. Baik itu sesuatu yang berharga maupun sesuatu yang kita anggap
kurang berharga.
b) Sifat fathanah (cerdas)
Seseorang
yang memiliki kepintaran di dalam bidang fomal atau di sekolah belum tentu dia
dapat cerdas dalam menjalani kehidupannya. Cerdas ialah sifat yang dapat
membawa seseorang dalam bergaul, bermasyarakat dan dalam menjalani kehidupannya
untuk menuju yang lebih baik.
c) Sifat siddiq (jujur)
Jujur
adalah sebuah kata yang sangat sederhana sekali dan sering kita jumpai, tapi
sayangnya penerapannya sangat sulit sekali di dalam bermasyarakat. Sifat jujur
sering sekali kita temui di dalam kehidupan sehari – hari tapi tidak ada sifat
jujur yang murni maksudnya ialah, sifat jujur tersebut mempunyai tujuan lain
seperti mangharapkan sesuatu dari seseorang barulah kita bisa bersikap jujur.
d) Sifat Tabligh (menyampaikan)
Maksudnya
tabligh disini ialah menyampaikan apa yang seharusnya di dengar oleh orang lain
dan berguna baginya. Tentunnya sesuatu yang akan disampaikan itu pun haruslah
sesuatu yang benar dan sesuai dengan kenyataan.
C.
Proses Pembentukan Insan Kamil
Proses atau tahapan pembentukan
insan kamil dibedakan menjadi beberapa bagian antara lain :
1. Proses Pembentukan Kepribadian.
Dapat
dipahami bahwa insan kamil merupakan manusia yang mempunyai kepribadian muslim
yang diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari
keseluruhan tingkah laku baik yang ditampilkan dalam tingkah laku secara
lahiriyah maupun sikap batinnya. Tingkah laku lahiriyah seperti kata-kata,
berjalan, makan, minum, berhadapan dengan teman, tamu, orang tua, guru, teman
sejawat, anak famili dan lain-lainnya.
Sedangkan
sikap batin seperti penyabar, ikhlas, tidak dengki dan sikap terpuji lainnya
yang timbul dari dorongan batin, yakni terwujudnya perilaku mulia sesuai dengan
tuntunan Allah SWT, yang dalam istilah lain disebut akhlak mulia yang ditempuh
melalui proses pendidikan Islam. Sabda Rasululah SAW yang artinya: “sesungguhnya
aku diutus adalah untuk membetuk akhlak mulia” Dalam kaitan dengan hal itu
dalam satu hadits beliau pernah bersabda : “Orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya”.
2. Pembentukan Kepribadian Muslim.
Kepribadian
muslim dapat dilihat dari kepribadian orang perorang (individu) dan kepribadian
dalam kelompok masyarakat (ummah). Kepribadian individu meliputi ciri khas
seseorang dalam sikap dan tingkahlaku, serta kemampuan intelektual yang
dimilikinya.
a)
Pembentukan Kepribadian Muslim sebagai Individu
Proses pembentukan kepribadian
muslim sebagai individu dapat dilakukan melalui tiga macam pendidikan.
1)
Pranata Education (Tarbiyah Golb Al-Wiladah)
Proses pendidikan jenis ini
dilakukan secara tidak langsung. Proses ini dimula disaat pemilihan calon suami
atau istri dari kalangan yang baik dan berakhlak. Sabda Rasulullah SAW : “
Pilihlah tempat yang sesuai untuk benih (mani) mu karena keturunan. Kemudian
dilanjutkan dengan sikap prilaku orang tua yang islam”. [3]
2)
Education by Another (Tarbiyah Ma’aghoirih).
Proses pendidikan ini dilakukan
secara langsung oleh orang lain (orang tua di rumah tangga, guru di sekolah dan
pemimpin di dalam masyarakat dan para ulama). Manusia sewaktu dilahirkan tidak
mengetahui sesuatu tentang apa yang ada dalam dirinya dan diluar dirinya. Firman
Allah SWT yang artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
tidaklah kamu mengetahui apapun dan Ia menjadikan bagimu pendengaran,
penglihatan dan hati ” ( Q.S. An-Nahl : 78 )
3)
Self Education (Tarbiyah Al-Nafs)
Proses ini dilaksanakan melalui
kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain seperti membaca buku-buku, majalah,
Koran dan sebagainya melalui penelitian untuk menemukan hakikat segala sesuatu
tanpa bantuan orang lain. Menurut Muzayyin, Self Education timbul karena
dorongan dari naluri kemanusiaan yang ingin mengetahui. Ia merupakan
kecenderungan anugrah Tuhan. Dalam ajaran islam yang menyebabkan dorongan
tersebut adalah hidayah. Firman Allah SWT yang artinya : “Tuhan kami adalah
(Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk kejadiannya
kemudian memberinya petunjuk” (QS. Thoha:50)
b)
Pembentukan Kepribadian Muslim sebagai Ummah.
Komunitas muslim ini disebut ummah.
Abdullah al-Darraz membagi kajian pembentukan itu menjadi empat tahap,
sebagaimana dikutip sebagai berikut :
1)
Pembentukan nilai-nilai Islam dalam keluarga
Bentuk penerapannya adalah: dengan
cara melaksanakan pendidikan akhlak di lingkungan rumah tangga, langkah-langkah
yang di tempuh adalah:
o
Memberikan bimbingan berbuat baik kepada kedua orang tua
o
Memelihara anak dengan kasih saying
o
Memberikan tuntunan akhlak kepada anggota keluarga
o
Membiasakan untuk menghargai peraturan dalam rumah tangga
o
Membiasakan untuk memenuhi hak dan kewajiban antara kerabat
2)
Pembentukan nilai-nilai islam dalam hubunga social
Kegiatan pembentukan hubungan sosial
mencangkup sebagai berikut:
o
Melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan keji dan tercela
o
Mempererat hubungan kerjasama
o
Menggalakkan perbuatan terpuji dan memberi manfaat dalam
kehidupan bermasyarakat seperti memaafkan, dan menepati janji
o
Membina hubungan menurut tata tertib seperti berlaku sopan,
meminta izin masuk rumah orang lain.
o
Perbuatan nilai-nilai islam dalam berkehidupan sosial
bertujuan untuk menjaga dan memelihara keharmonisan hubungan antar sesama
anggota masyarakat.
D.
Peranan moral menurut islam dalam
Pembentukan Insan Kamil
Penerapan akhlaq/moral menurut
pandangan islam dalam pembentukan insan kamil dalam kehidupan sehari – hari
bukanlah perkara mudah, karena dari segi arti saja moral menuruk panadangan
islam adalah ahlak yang baik dan insan kamil yaitu manusia yang sempurna.
Sedangkan manusia sendiri, seperti yang telah kita ketahui tak ada yang
terlahir dengan sempurna. Manusia adalah tempat segala kesalahan dan kekhilafan
berasal.
Namun kesempurnaan yang dimaksudkan
di sini bukanlah kesempurnaan dalam arti tak pernah melakukan kesalahan sama sekali.
Tak ada manusia yang tak pernah melakukan kesalahan, itu kodrat. Karena itulah
telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu cara untuk mencapai moral islam dalam
pembentukan insan kamil adalah dengan bertaubat dengan syarat – syaratnya
dan bertaubat hanya dilakukan oleh orang yang merasa melakukan kesalahan. Meskipun
begitu, seseorang yang ingin mencapai tingkatan insan kamil harus tetap menjaga
segala tingkah lakunya, agar jangan sampai keluar dari ajaran Islam yang
sebenarnya. Disamping itu, seorang insan kamil juga harus menjaga diri dari
kesalahan – kesalahan yang mungkin dianggap kecil dalam kehidupan sehari –
hari, seperti tergesa – gesa dan tidak cermat. Melahirkan insan yang kamil
bukanlah semudah memberi pendidikan secara formal dari kecil sehingga dewasa.
Tanggung jawab dari dalam diri insan
itu sendiri. Kesadaran ini bukan saja merangkumi aspek kecintaan terhadap
negara, bangsa dan agama malah menyeluruh meliputi keinsafan dan kesedaran
tentang tanggungjawab setiap manusia sesama manusia dan kepada Penciptanya.
Oleh hal yang demikian itu, pembelajaran dan pendidikan sepanjang hayat harus
terwujud dalam setiap diri manusia. Di zaman sekarang ini sangat sulit bagi
kita untuk dapat meihat atau menemukan seseorang yang menerapkan insan kamil di
dalam kehidupannya, seperti yang kita tahu insan kamil merupakan perwujudan
dari sifat – sifat dan perbuatan nabi Muhammad SAW yang sangat sempurna yang
tidak semua orang dapat melakukannya.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa moral
menurut pandangan islam yang dalam membentuk insan kamil merupakan suatu
manusia yang mempunyai kepribadian seorang muslim yang diartikan sebagai
identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas keseluruhan tingkah laku
baik yang diampilkan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinya.
Insan kamil sendiri merupakan suatu sosok manusia yang mempunyai kepribadian
muslim yang sempurna. Insan berarti menunjukkan pada arti manusia secara totalitas
yang secara langsung mengarah pada totalitas, bukan berarti fisiknya namun dari
segi sifatnya. Sedangkan kata yang berarti sempurna, hal ini digunakan untuk
menunjukkan pada zat dan sifat.
Dalam hal ini kepribadian muslim merupakan suatu yang lebih
abstrak atau suatu yang terlihat lagi dari pada kedewasaan rohaniah. Dan
dijelaskan pula tentang konsep moral menurut islam, ciri-ciri Insan kamil,
proses pembentukan Insan kamil, penerapan moral menurut islam untuk membentuk
insan kamil, hanya ditujukan supaya manusia bisa belajar akan penting prilaku
yang baik dan bisa membentuk kepribadian yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Muthari Murtalha, Manusia Sempurna, 2003 ,Jakarta, Lentera
Syukur, M. Amin, dan Usman,
Fathimah. Insan Kamil. 2005. Semarang : CV. Bima Sejati.
Supiana dan Karman, M. Materi PendidikanAgamaIslam.2009.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Supiana dan Karman, M. Materi PendidikanAgamaIslam.2009.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
[1] Muthari
Murtalha, Manusia Sempurna, ( Lentera,
Jakarta, 2003 ), Hal. 23.
[2] Syukur
Amin M. dan Usman Fathimah , Insan Kamil (Paket Pelatihan Seni Menata Hati
(SMH) LEMBKOTA/Lembaga Bimbingan dan Konsultasi Tasawuf), ( CV. Bima
Sejati, Semarang, 2005 ), Hal. 71.
[3] Supiana
dan M. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (PT. Remaja Rosda Karya, Bandung,
2009), Hal.70.
No comments:
Post a Comment