Halaman

4/30/2014

Makalah Ulumul Qur'an "SURAT MAKKIYAH DAN MADANIYAH"

MAKKIYAH DAN MADANIYAH








Makalah ini disusun untuk tugas mata kuliah Ulumul Qur’an
Program Study Pendidikan Agama Islam, Semester II  Madin
Sekolah Tinggi Agama Islam NU Pacitan


Dosen Pengampu
Drs. H. Nurul Huda, M.Pd
  

Disusun Oleh :
 Budi Santoso       20130101673


SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NU PACITAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Jl. Letjend S. Parman No. 44b Pacitan
Telp. 0357 885635 Email : stitnupa_106@yahoo.co.id
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam studi al-Qur,an, ilmu Makkiyah dan Madaniyah merupakan bidang kajian yang membedakan fase penting yang memilki andil dalam membentuk teks, baik dalam tataran isi ataupun struktur. Hal ini membuktikan, bahwa teks merupakan hasil hasil interaksinya dengan realitas yang di names-historis.
Studi Makkiyah dan madaniyah sarat erat kaitanya dengan bangunan dan penerapan hukum islam, karena itu selama studi makkiyah dan madaniyah sangat didominasi oleh pakar hukum Islam dan selalu hadir dari titik tolak yang bersifat fiqhiyah, yang lebih menekankan tujuan yang menggiring pada pada konstruksi naskh dan mansukh, yang ‘am dan khas, yang lebih bersifat semantik. Hal ini menurut Nasr Hamid Abu Zaid yang menyebabkan para pakar islam banyak yang terjebak kedalam keracunan konseptual, khususnya yang berkaitan dengan batasan antara mana yang Makkiy dan mana yang Madaniy, baik dari sisi isi maupun strukturnya.
Sementara itu untuk mengetahui manakah ayat dan surat pada Al-Quran yang tergolong Makkiyah ataupun Madaniyah tidaklah mudah. Diperlukan penyaksian langsung tentang proses pewahyuannya. Maka salah satunya jalan ialah memahami ayat-ayat mana saja yang tergolong Makkiyah atau Madaniyah, kecuali riwayat dari para sahabat Rasul. Karena merekalah yang mengikuti perjalanan hidup Rasulullah Saw. baik di Mekah maupun di Madinah.Kritik ini antara lain dapat kita telusuri dari definisi Makkiyah dan madaniyah di bawah ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian tentang Makkiyah dan Madaniyah?
2.      Apa saja ciri-ciri/karakteristik Makkiyah dan Madaniyah?
3.      Apa Metode untuk mengetahui  Makkiyah dan Madaniyah ?
4.      Urgensinya dalam tafsir Makkiyah dan Madaniyah ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Makkiyah & Madaniyah
Ada empat 1 teori dalam menentukan pengertian Makkiyah dan Madaniyah;
-          Teori Mulahazah Makan an-Nuzul (Teori Geografis)
-          Teori Mulahazah Zaman an-Nuzul (Teori Historis)
-          Teori Mulahazah Mukhatabin fi an-Nuzul (Teori Subjektif )
-          Teori Mulahazah Ma Tadammanat an-NUzul (Teori Konten Analisis) 2
 
1.      Teori Mulahasah Makan an-Nuzul (Teori Geografis)
Teori ini berorientasi pada tempat turun ayat atau surah al-Qur’an. Menurut pengertian Makkiyah adalah ayat atau surah yang turun di Makkah atau di sekitarnya, baik waktu turunya sebelum Nabi saw melakukan hijrah maupun sesudahnya,. Dan pengertian Madaniyah adalah ayat atau surah yang turun di Madinah atau di sekitarnya, baik waktu turunya sebelum Nabi saw berhijrah maupun sesudahnya.

         Maka termasuk kategori ayat atau surah Makkiyah , bila ayat atau surah turun di mina, Arafah Hudaibiyah dan lain sebagainya. Dan ayat atau surah Madaniyah adalah ayat atau surah yang turun di madinah dan sekitarnya, termasuk ayat-ayat di badar, Sal’, Uhud dan lain sebagainya.
Dalil yang di pakai dalam teori ini adalah riwayat abu Amr dan Uthman bin Sa’id ad-Darimi.
ما نزل بمكة وما نزل في طريق المدينة  قبل ايبلغ النبي صل الله عليه وسلم المدينة فهو من المكي . وما نزل علي النبي صل الله عليه وسلم في اسفره بعدما قدم المدينة فهو من المدني.                             
Ayat yang di turunkan di Makkah dan ayat yang di turunkan dalam perjalanan menuju Madinah sebelum Nabi Saw. Tiba di Madinah, maka ia masuk kategori ayat Makkiyah. Dan ayat yang di turunkan kepada Nabi Saw. Dalam perjalanannya setelah beliau tiba di Madinah, maka ia masuk kategori ayat Madaniyah.
Kelebihan teori ini antara lain: hasil rumusan tentang pengertian ayat atau surah makkiyah dan madinah lebih jelas dan lebih tegas dari teori lain, karena teori ini menegaskan orientasi tempat sebagai pijakan ketentuan identitas ayat.
Namun kriteria tersebut, memiliki beberapa kelemahan antara lain; rumusnya tidak dapat di jadikan batasan, dan tidak definitif. Sebab rumusnya belum bisa mencakup seluruh karakter ayat al-qur’an.
Pada kenyataannya ada beberapa ayat al-Qur’an yang tidak turun di wilayah Makkah atau Madinah, seperti tempat turunya ayat; 42 Q.s at-Taubah adalah di tabuk. Q.S Azukhruf: 45 turun di Baitul Maqdis (Palestina) pada malam Isra’ Mi’raj, sebagaimana informasi hadis riwayat at Tabrani dari Abu Umamah yang menyatakan, bahwa tempat turunya al-Qur’an tidak hanya di Makkah-Madinah saja, melainkan di tiga kota; yaitu Makkah, Madinah, dan Sham (Palestina, Tabuk);
قل رسول الله صل الله عليه وسلم انزاالقران في ثلا ثة امكنة : مكة,والمدينة , والشام.قل الوليد:يعني بيت المقدس.وقل الشيخ عمادالدين بن كثير : بل تفسيره بتبوك احسن.                     
Rosulullah saw  bersabda; Al-Qur’an di turunkan tiga tempat: makkah, madinah, syam. Walid berkata: tetapi penafsiranya di tabuk adalah lebih baik.
2.   Teori Mulahazah Zaman an-Nuzul (Teori Historis)
Teori ini berorientasi pada sejarah waktu turun ayat Al-Qur’an. Menurut teori ini ayat Makkiyah adalah ayat atau surah yang turun sebelum Nabi saw berhijrah. Sedangkan ayat Madaniyah adalah ayat atau surah yang turun sesudah nabi berhijrah. Teori ini berpegang pada dalil riwayat Abu Amr Uthman bin za’id ad-Darimi yang di sadarkan pada Yahya bin Salam;
ما نزل بمكة وما نزل في طريق المدينة  قبل ايبلغ النبي صل الله عليه وسلم المدينة فهو من المكي . وما نزل علي النبي صل الله عليه وسلم في اسفره بعدما قدم المدينة فهو من المدني.                             
Ayat yang di turunkan di Makkah dan ayat yang di turunkan dalam perjalan menuju Madinah sebelum Nabi saw tiba di Madinah, maka ia masuk kata gori ayat Makkiyah. Dan ayat yang di tirunkan pada Nabi Saw dalam perjalanannya setelah beliau tiba di Madinah, maka ia masuk kata gori ayat Madaniyah.
Teori ini banyak pendukungnya, baik dari mayoritas ulama’ klasik, maupun modern, bahkan dari ulama’ kontemporer saat ini. Kelebihan rumusan teori ini antara lain; karena mencakup keseluruhan ayat 1 atau surah Al-Qur’an, sehingga dapat di jadikan ketentuan dan definisi yang memadai. Sedang kelemahanya hanya terletak pada kejanggalan beberapa ayat atau surah Al-Qur’an yang nyata-nyata turun di makkah, tetapi karena turun sudah hijrah, lalu di anggap Madaniyah. Seperti Q.S al-maidah: 3;
اليَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُم ُالاسْلاَمَ دِيْنًا                   
Artinya :
Pada hari ini telahku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telahku cukupkan kepadamu nikmatku, dan telah ki rudhoi islam itu jadi agama bagimu. 
 Ayat di atas turun pada hari Jum’ah, di Arofah pada waktu Nabi Saw dan masarakat muslim sedang wukuf. Juga Q.S.an-Nisa'; 58;
انَّ اللهَ يَأمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُوا الاْمَانَاتِ الَى اَهْلِهَا
Sesungguhnya Allah menyuruh  kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.
Ayat ini turun di tengah kota Makkah sewaktu Nabi Saw berada di dalam ka’bah.

3.    Teori Mulahazah Mukhatabin fi an-Nuzul (Teori Subjektif).
             Teori ini berorientasi pada subjek siapa yang di khitabi (dituju) oleh ayat al-Qur’an. Menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat atau surah yang berisi panggilan kepada penduduk Makkah dengan menggunakan kitab.  ياايّهاالناّ س  (wahai manusia), ياايّهاالكا فرون(wahai orang-orang yang ingkar),يابني ادم   (wahai anak adam). Dan ayat atau surah Madaniyah adalah ayat atau surah yang berisi panggilan kepada penduduk Madinah dengan menggunakan panggilan: يااليها الذّين اموا (wahai orang-orang yang beriman).
Teori ini didasarkan atas riwayat Abu Ubaid dari Makmun bin Mihran dalam kitab Fadail al-Qur’an yang menjelaskan:
ما كان في القران بيا ايهالناس,أويا بني ادم فإ نه مكى,و ما كان بيا ايها الذين امنوا, فإ نه مدني 
Ayat yang memuat panggilan dengan  يا ايهالناس atau  يا بني ادمmaka ia termasuk ayat Makki, dan ayat yang menggunakan panggilan dengan يا ايها الذين امنوا maka ia adalah ayat Madani.
Teori ini di dasarkan atas riwayat Abu Amr Uthman bin Sa’id al-Darimi yang di dasarkan pada Yahya bin Salam;
ما كان من القران "يا ايهاالذين امنوا",فهو مدني وم كان " يا ايهالناس" فهو
 مكي Dan ayat yang memuat panggilan dengan  يا ايهاالذين امنوا, maka ia adalah ayat Madani. Dan ayat yang menggunakan panggilan dengan  ياايهالناس,maka ia adalah ayat Makki.
Kelebihan teori ini rumusannya lebih mudah dimengerti, dan lebih cepat di  kenali dengan kriteria panggilan (nida', khitab) yang khas dari keduanya tersebut.
Kelemahan teori ini juga lebih banyak dari teori-teori yang lain. Setidaknya ada beberapa kelemahan dari teori ini antara lain.
§  Rumusan pengertianya tidak dapat ketentuan,karena tidak dapat mencakup seluruh ayat al-Qur'an.Dari keseluruhan ayat al-Alqur'an yang berjumlah 6236 ayat,hanya ada 511 ayat yang dimulai dengan pangggilan ( nida') yang khas Makkiyah berjumlah 292 ayat,dan yang khas  Madaniyah berjumlah 219 ayat.
§  Rumusan kriterianya juga tidak dapat berlaku secara menyeluruh .Karena ada beberapa ayat yang dimulai dengan panggilan (nida') ياايهالناس bukan termasuk ayat Makkiyah.Seperti;
Q.S.al-Baqarah:21;                      ياايهالناس اعبدوا ربّم  
Q.S.an-Nisa': 1;                              ياايهالناس اتفوا ربكم  
Q.S. an-Nisa':133;                   ان يشأ يذهبكم ياايهالناس
§  Ada pula beberapa ayat yang dimulai dengan panggilan ( nida',khitab)        ايهاالذين امنوا يا tetapi bukan tergolong ayat atau surah Madniyah ,tetapi ayat atau surah Makkiyah,misalnya dalam Q.S.al-Hajj: 77;
يا ايّها الذين امنوا اركعوا واسجدوا واعبدوا ربّكم وافعلوا الخير لعلّكم تفلحون
 Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.

4.        Teori mulahazah ma tadammanah an-nuzul (Teori Content Analysis)
                  Teori ini berorientasi pada isi ayat al-qur’an. Menurut teori ini, ayat atau surah Makiyyah adalah ayat atau surah yang memuat cerita umat dan para Nabi terdahulu. Sedang ayat atau surah Madaniyyah berisi tentang hukum hudud, faraid, dan sebagainya.
Teori ini di dasarkan pada riwayat-riwayat sebagai berikut.
1)      Riwayat hisham dari ayahnya, al-hakim
كل سورة ذكرت فيها الحدود والفرائض فهي مدينة كل سورة ذكرن فيه  القرون الماضية فهي مكية                                                               
Semua surah yang memuat aturan-aturan, ketentuan-ketentuan, maka ia termasuk surah madaniyah, dan semua surah yang memuat tentang peristiwa masa lampau, maka ia masuk kategori makkiyah.
2)            Riwayat al-Qomah dari Abdullah;
Yang artinya: Semua surah yang memuat    يا أيهاالناس saja, atau كلا atau huruf-huruf  Hijaiyah selain dalam dua surah (al-Baqarah-Ali Imran), ancaman, atau kisah anak Adam dan Iblis selain dalam al-Baqarah, maka ia masuk kategori Makkiyah. Dan semua surah yang memuat kisah-kisah para Nabi, bangsa-bangsa terdahulu juga di sebut surah Makkiyah. Sedang surah yang memuat ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan maka ia di sebut dengan surah Madaniyah.
Kelebihan teori ini adalah bahwa kreterianya jelas,sehingga mudah di fahami,sebab gampang dilihat antara lain;dari tanda-tanda tertentu.Sedangkan kelemahan teori ini adalah dari sisi pelaksanaan pembedaan antara Makkiyah dan Madaniyah yang tidak praktis,karena harus mempelajari isi yang terkandung didalam ayat atau surah al-Qur;an.
pluralistik masyarakat Madinah ini Nabi berusaha mencari titik temu berbagai golongan dengan terlebih dahulu mengakui eksistensi mereka. Keterangan demikian dapat dikaji dalam dokumen yang populer disebut “Konstitusi Madinah

B.     Karakteristik Makkiyah dan Madaniyah
Dari keterangan sahabat Nabi r.a dan tabi'an dalam membangun teori Makkiyah dan Madaniyah antara lain;
1.    Fitur dan Karakteristik Ayat dan Surah Makkiyah;
a.    Dimulai dengan nida' "يا ايها الناس " dan sebagainya
b.    Di dalmnya terdapat lafadz  " كلا"
c.    Di dalamnya terdapat ayat-ayat sajadah.
d.   Di permulaan  terdapat huruf-huruf tahaji ( harf al-muqattaah).
e.    Di dalamnya terdapat cerita-cerita para nabi dan umat terdahulu,selain    dalam Q.S.al-Baqarah.dan Q.S. al-Maidah
f.       Di dalamnya terdapat cerita tentang kemusyrikan
g.    Di dalamnya terdapat keterangan adat istiadat orang kafir,orang   
  musyrik,yang suka mencuri,merampok,membunuh,mengubur hidup     hidup anak perempuanya dan sebagainya.
h.    Di dalamnya berisi penjelasan dengan bukti dan argumentasi tentang konsepsi ketuhanan ( jadal al-Qur'an )
i.      Membuat prinsip-prinsip moral dan pranata social yang agung,bersifat universal dan inklusif
j.      Memuat nasehat dan ibarat dalam aneka kisah
k.    Berisi nida' "" يا بني ادم , يا اليهاالناس , يا اليهاالكافرون  
l.      Kebanyakan ayat dan surahnya pendek.Karena menggunakan bentuk ijaz ( ringkas,tetapi padat makna ).

2. Fitur dan Karakteristik Ayat dan Surah Madaniyah;
a.    Memuat Hukum pidana ( hudud ) dalam Q.S. al-Baqarah, Q.S an-Nisa', Q.S. Q.S. al-Maidah, Q.S. ash-Shura,dan lain sebagainya.
b.    Memuat hukum fara'id ( Q.S.al-Baqarah, Q.S.an-Nisa', Q.S.al-Maidah).
c.    Berisi izin jihad fi sabilillah (Q.S.al-Anfal, Q.S.at-Taubah, Q.S.al-Hajj).
d.   Berisi keterangan tentang karakter orang- orang munafiq ( kecuali Q.S al-Angkabut) dalam Q.S an-Nisa', Q.S.al-Anfal, Q.S.at-Taubah, Q.S.al-Ahzab, Q.S.al-Fath, Q.S.al-Hadid, Q.S.al-Munafiqun,Q.S.at-Tahrim.
e.    Berisi Hukum ibadah ( Q.S. al-Baqarah,Q.S.al-Imran,Q.S.an-Nisa', Q.S.al-Maidah, Q.S.al-Anfal dan lain-lain.
f.     Berisi hokum muamalah, seperti jual beli, sewa- menyewa, gadai, utang-piutang dan sebagainya.( Q.S.al-Baqarah, Q.S.al-Imran dll)
g.    Berisi hukum munakahat, baik mengenahi Nikah Cerai Rujuk            (NCR ), hadanah ( Q.S. al-Baqarah,Q.S.al-Imran, Q.S.an-Nisa', Q.S.al-Maidah,dan lain-lain ).
h.    Berisi hukum kemasyarakatan,kenegaraan  seperti             permusyawaratan, kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan, pergaulan, dan sebagainya
C.    Cara Mengetahui Makiyyah dan Madaniyah
Dalam menetapkan mana ayat-ayat Al-Quran yang termasuk kategori Makiyyah dan Madaniyah, para sarjana muslim berpegang teguh pada dua pendekatan sebagai berikut:
1.    Pendekatan transmisi
Melalui perangkat ini sarjana muslim merujuk kepada riwayat-riwayat valid yang berasal dari para sahabat, yaitu orang-orang yang besar kemungkinan menyaksikan turunnya wahyu, atau para generasi tabi'in yang saling berjumpa dan mendengar langsung dari para sahabat tentang aspek aspek yang berkaitan dengan proses kewahyuan Al-Quran, termasuk di dalamnya adalah informasi kronologis Al-Quran.
Seperti halnya hadis-hadis Nabi telah terekam dalam kodifikasi-kodifikasi kitab hadis, para sarjana muslim pun telah merekam informasi dari para sahabat dan tabiin tentang Makkiyyah dan Madaniyah dalam kitab-kitab tafsir bi Al-matsur, tulisan-tulisan tentang asbab An-Nuzul, pembahasan-pembahasan ilmu Al-Quran, dan jenis-jenis tulisan lainnya.
Dengan demikian perangkat transmisi itu dikaitkan kepada riwayat yang sah dari sahabat-sahabat yang hidup di masa turunnya wahyu itu. Mereka ini menyaksikan sendiri turunnya. Atau dari Tabi’in yang mendapatkannya dari sahabat. Mereka itu mendengar dari sahabat bagaimana cara turunnya, tempat-tempat turunnya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu itu.

2.      Pendekatan  analogi (Qiyas)
Ketika melakukan kategorisasi Makkiyyah dan Madaniyah, para sarjana muslim penganut pendekatan analogi bertolak dari ciri-ciri spesifik dari kedua klasifikasi itu. Dengan demikian,  bila dalam surat Makkiyyah terdapat sebuah ayat yang memiliki ciri-ciri khusus Madaniyah, ayat ini termasuk kategori Madaniyah. Tentu saja, para ulama telah menetapkan tema-tema sentral yang ditetapkan pula sebagai ciri-ciri khusus bagi kedua klasifikasi itu. Misalnya mereka menetapkan tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu sebagai ciri khusus Makkiyyah; tema faraid dan ketentuan had sebagai ciri khusus Madaniyah.
Dari uraian di atas kami menilai bahwa yang lebih mendapat perhatian ialah apa-apa yang terdapat (isi atau pembahasan) pada Al-Makkiyah dan Al-Madaniyah.

D.    Urgensi Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah
1.       Membantu dalam menafsirkan Al-Quran
Dengan mengetahui tempat-tempat turun ayat dapat membantu untuk memahami ayat dan menafsirkannya. Jika ada pelajaran yang dapat diambil daripadanya itu berbentuk lafaz umum bukan dengan menentukan sebab. Orang yang menafsirkannya itu sanggup memberikan penjelasan ketika terjadi pertentangan makna ketika pada dua ayat, supaya berbeda antra nasikh dan mansukh. Jika yang belakangan itu nasikh supaya ditempatkan di depan.

 2.      Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
           Setiap kondisi tentu saja memerlukan ungkapan-ungkapan yang relevan. Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat Makiyyah dan ayat-ayat Madaniyah memberikan informasi metodologi bagi cara-cara menyampaikan dakwah agar relevan dengan orang yang diserunya. Oleh karena itu dakwah Islam berhasil mengetuk hati dan menyembuhkan segala penyakit rohani orang-orang yang diserunya. Disamping itu, setiap langkah-langkah dakwah memiliki objek kajian dan metode-metode tertentu, seiring dengan perpedaan kondisi sosio-kultural manusia. Periodesasi Makkiyah dan Madaniyah telah memberikan contoh untuk itu.

 3.      Memberikan informasi tentang Sirah Kenabian
                         Penahapan turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah Nabi, baik di Mekah dan Madinah, dimulai sejak diturunkannya wahyu pertama sampai diturunkannya wahyu terakhir. Dengan demikian Al-Quran adalah pedoman bagi perjalanan dakwah Nabi yang informasinya tidak diragukan lagi.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Ada empat  teori dalam menentukan pengertian Makkiyah dan Madaniyah;
-     Teori Mulahazah Makan an-Nuzul (Teori Geografis)
-     Teori Mulahazah Zaman an-Nuzul (Teori Historis)
-     Teori Mulahazah Mukhatabin fi an-Nuzul (Teori Subjektif )
-     Teori Mulahazah Ma Tadammanat an-Nuzul (Teori Konten Analisis)
Secara garis besar dapat simpulkan bahwasannya surat-surat Makkiyah adalah surat-surat yang turun sebelum adanya hijrah, namun ada beberapa ayat di dalam surat-surat Madaniyah yang termasuk ayat Makkiyah. Sedangkan Surat-surat Madaniyah adalah surat-surat yang turuh sesudah adanya hijrah, namun ada beberapa ayat di dalam surat Makkiyah yang termasuk ayat Madaniyah. Pada umumnya surat-surat Makkiyah mudah dihafal karena ayat-ayat pendek, Di dalamnya terdapat ayat-ayat sajadah, Di permulaan  terdapat huruf-huruf tahaji ( harf al-muqattaah), terdapat cerita-cerita para nabi dan umat terdahulu, selain dalam Q.S al-Baqarah. dan Q.S. al-Maidah, terdapat cerita tentang kemusyrikan sedangkan sebaliknya pada surat Madaniyah ayat-ayatnya panjang, Berisi hukum muamalah, seperti jual beli, sewa- menyewa, gadai, utang-piutang dan sebagainya. ( Q.S.al-Baqarah, Q.S.al-Imran dan lain-lain, Berisi hukum munakahat, baik mengenahi Nikah Cerai Rujuk (NCR ), hadanah ( Q.S. al-Baqarah, Q.S.al-Imran, Q.S.an-Nisa', Q.S.al-Maidah, dan lain-lain ), Berisi hukum kemasyarakatan, kenegaraan  seperti     permusyawaratan, kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan, pergaulan, dan sebagainya
Dalam menetapkan mana ayat-ayat Al-Quran yang termasuk kategori Makiyyah dan Madaniyah, para sarjana muslim berpegang teguh pada dua pendekatan Pendekatannya sebagai berikut : Pendekatan transmisi yaitu bahwa perangkat transmisi itu dikaitkan kepada riwayat yang sah dari sahabat-sahabat yang hidup di masa turunnya wahyu itu. Mereka ini menyaksikan sendiri turunnya. Atau dari Tabi’in yang mendapatkannya dari sahabat. Mereka itu mendengar dari sahabat bagaimana cara turunnya, tempat-tempat turunnya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu itu.
Pendekatan  analogi (Qiyas) yaitu bahwa yang lebih mendapat perhatian ialah apa-apa yang terdapat (isi atau pembahasan) pada Al-Makkiyah dan Al-Madaniyah. Misalnya mereka menetapkan tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu sebagai ciri khusus Makkiyyah; tema faraid dan ketentuan had sebagai ciri khusus Madaniyah
Urgensi Pengetahuan tentang Makkiyah & Madaniyah mempunyai tujuan :
-    Membantu dalam menafsirkan Al-Quran
-       Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
 -      Memberikan informasi tentang Sirah Kenabian

B.     Kepustakaan
Nasr Hamid Abu Zaid,  Tekstualitas Al Qur’an (Jakarta: Grasindo, 2000).
Abdul Djalal., Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu,1420 H/2000 M).
Abdurrahman bin Abi Bakar as-Suyutiy, al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Beirut-:Dar al-Fikr al-Ilmiyah, 1421 H/2001 M).
Badruddin Muhammad bin Abdullah az-Zarkashiy, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, (Beirut-Libanon:Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1425 H/2004 M).

No comments:

Post a Comment