Halaman

4/30/2014

Makalah Bahasa Indonesia "PENGGUNAAN HURUF KAPITAL"

PENGGUNAAN HURUF KAPITAL




Makalah ini disusun untuk tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Semester I  Madin
Sekolah Tinggi Agama Islam NU Pacitan


Dosen Pengampu
Dra. Ardiani Rahma Riswari, M.Pd

Disusun Oleh :
Budi Santoso      20130101673


SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NU PACITAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Jl. Letjend S. Parman No. 44b Pacitan
Phone: 0357 885635 E-mail : stitnupa_106@yahoo.co.id



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

      Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi disegala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar
    Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasasecara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar

B.     PERMASALAHAN

1.      Bagaimana Pengertian dan Sejarah EYD
2.      Bagaimana pemakaian huruf dalam bahasa Indonesia yang benar
3.      Bagaimana Penulisan kata dalam bahasa Indonesia yang benar


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian dan Sejarah EYD
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan-ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada dasarnya ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya.Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.
Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna.Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib danteratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD)
EYD sendiri mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan padatahun 1947).

B.     Pemakaian Huruf
Pemakaian huruf pada dasarnya itu berbicara mengenai  masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yakni : Abjad, Vokal, Konsonan, Huruf diftong, huruf Kapital, huruf tebal dan huruf miring
1.       Abjad
 Di dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan disebutkan bahwa abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf sebagai berikut :

Kapital
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
Kecil
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
Nama
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
je
ka
el
em

Kapital
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
Kecil
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
z
Nama
en
o
pe
qi
er
es
te
u
ve
we
ex
ye
zet

2.      Huruf Vokal
Huruf melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf Vokal : A,    I,      U,       E,       O
Contoh         : Api, Ikan, Uang, Emas, Orang
Keterangan :
Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (*) dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan Misalnya:
-          Anak-anak bermain di teras (téras).  Upacara itu dihadiri pejabat teras
-          Kami menonton film seri (séri). Pertandingan itu berakhir seri.
-          Di mana kécap itu dibuat? Coba kecap dulu makanan itu.
3.       Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
b
c
d
f
g
h
j
k

l
m
n
p
q**
r
s
t
v
w
x**
y
z
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
-
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xerox
yakin
zeni
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
rakyat*
alas
kami
tanah
apa
status quo
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
adab
-
Abad
maaf
gudeg
tuah
mikraj
politik
bapak*
akal
diam
daun
siap
Taufiq
putar
tangkas
rapat
-
-
sinar-x
-
juz
Keterangan :
* Huruf k melambangkan bunyi hamzah. ** Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar x).
4.      Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
5.      Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Awal
kh
ng
ny
sy
khusus
ngilu
nyata
syarat
akhir
bangun
banyak
isyarat
tarikh
senang
-
arasy

Catatan: Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
6.      Huruf Kapital
a.      Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: -  Dia membaca buku, -  Apa maksudnya?,
-       Kita harus bekerja keras.
b.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
misalnya: -   Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
-       Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"
-       Kemarin engkau terlambat," katanya.
c.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. misalnya:  Islam, Quran,  Allah, Yang Mahakuasa,
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
d.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya: Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim
e.       Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya: -   Dia baru saja diangkat menjadi sultan,
-          Pada tahun ini dia pergi naik haji,
-          Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
f.         Huruf kapital dipakai atau tidak dipakai sebagai huruf pertama
1)      Unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru
2)      Nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia, Sidang itu dipimpin Presiden.
3)      Nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Misalnya: Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
4)      Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.Misalnya: bangsa Eskimo, suku Sunda, bahasa Indonesia.
5)      Nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: pengindonesiaan kata asing, keinggris-inggrisan, kejawa-jawaan.
6)      Nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. Misalnya : tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid
7)      Nama peristiwa sejarah. Misalnya: Perang Candu, Perang Dunia I, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
8)      Nama diri geografi. Misalnya: Banyuwangi, Asia Tenggara, Cirebon, Amerika Serikat.
9)      Nama geografi yang diikuti nama diri geografi. Misalnya: Bukit Barisan, Danau Toba Dataran Tinggi Dieng, Gunung Semeru
Catatan:
-          Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal). Misalnya: J.J de Hollander,J.P. van Bruggen ,H. van der Giessen.
-          Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. Misalnya: Abdul Rahman bin Zaini, Ibrahim bin Adham, Siti Fatimah binti Salim.
7.      Huruf Miring
a.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya:
-          Saya pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
-          Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
-          Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
b.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya: -  Huruf pertama kata abad adalah a.
-          Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
-          Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf capital
c.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya:
-          Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
-          Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
-          Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
-          Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'.
d.      Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia. Misalnya:
-          Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
-          Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.
8.      Huruf Tebal
a.       Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Misalnya: Judul  : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab                                    :           BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab                         :          1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
Daftar, indeks, dan lampiran:       DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS LAMPIRAN
b.      Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring. Misalnya:
-          Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
-          Saya tidak mengambil bukumu.
-          Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
Seharusnya ditulis dengan huruf miring:
-          Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
-          Saya tidak mengambil bukumu.
-          Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
c.       Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Misalnya:  kalah v 1 tidak menang ...; 2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus ...; 4 tidak menyamai, mengalah v mengaku kalah
mengalahkan v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3 menganggap kalah ... terkalahkan v dapat dikalahkan ...
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.

C.    Penulisan Kata
1.      Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
 Misalnya: Kantor pos sangat ramai.
                  Adik naik sepeda baru
(kedua kalimat ini dibangun dengan gabungan kata dasar)
2.      Kata Turunan
a.      Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
 Misalnya: berbaga ketetapan sentuhan gemetar 
b.      Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
  Misalnya: diberi tahu, beri tahukan
            bertanda tangan, tanda tangani
c.       Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
 Misalnya: memberitahukan    Ditandatangani
3.      Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya: anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-besarkan,
mondar-mandir, porak-poranda, kupu-kupu, laba-laba.
4.      Gabungan Kata
a.       Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa.
b.      Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan   tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan. Misalnya: alat pandang-dengar (audio-visual), anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda) kaki-tangan penguasa (alat penguasa)
c.       Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata. Misalnya: acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif, saputangan.
d.      Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor. Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata itu ditulisakan tanda hubung (-).Misalnya: non-Asia, neo-Nazi
5.      Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. aku bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambil menjadi engkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambil Misalnya: Bolehkan aku ambil jeruk ini satu? Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini. Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
6.      Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya: Tinggalah bersama saya di sini.Di mana orang tuamu?
Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti, Kami percaya kepada Ada.
Akhir-akhir ini beliau jarang kemari.
7.      Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya: si kancil, sang petualang
8.      Partikel
a.       Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
Siapakah tokoh yang menemukan radium?
b.      Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.
Catatan:
Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnya adapun, andaipun.
Misalnya: Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui. Walaupun hari hujan, ia datang juga.
c.       Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya:
Mereka masuk ruang satu per satu (satu demi satu).
Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter (tiap meter).
9.      Singkatan dan Akronim
a.       Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1)      Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya:        
H. Hamid - Haji Hamid, Suman Hs.- Suman Hasibuan
M.Hum.-  magister humaniora, S.Sos - sarjana sosial
2)      Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: SD - sekolah dasar
WHO  - World Health Organization
3)      Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik. Misalnya: kpd.     Kepada,  tgl.       Tanggal
4)      Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik. Misalnya:           ybs.            yang bersangkutan
Yth.     Yang terhormat
5)      Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya: a.n.            atas nama,  u.p.           untuk perhatian
b.      Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
1)      Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:         PASI   Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
                        SIM     surat izin mengemudi
2)      Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal capital Misalnya:         Bulog  Badan Urusan Logistik, Bappenas     Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
10.  Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab                           :           0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi                      :I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50),     C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
a.       Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.Misalnya: Mereka menonton drama itu sampai tiga kali. Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
b.      Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.Misalnya: Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian. Bukan: 250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
c.       Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
d.      Angka digunakan untuk menyatakan
(1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (2) satuan waktu; (3) nilai uang; dan (4) jumlah.  Misalnya: 0,5 sentimeter  tahun 1928   US$3,50*
Catatan : Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
e.       Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar. Misalnya: Apartemen No. 5, Hotel Mahameru, Kamar 169
f.       Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252
g.      Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
1)      Bilangan utuh  Misalnya:        dua belas         (12)
tiga puluh        (30)
2)      Bilangan pecahan Misalnya:  setengah           (1/2)
dua persepuluh (0,2) atau (2/10)
satu persen      (1%)
satu permil       (1‰)

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
EYD (Ejaaan yang disempurnakan) Memiliki lima Aspek yang terpenting yaitu
1.      Pemakaiaan Huruf  yakni : Abjad, Vokal, Kosonan, Huruf diftong, Huruf kapital, huruf tebal, dan huruf miring
2.      Penulisan Kata terdiri dari :
a.       Kata Dasar :Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
b.      Kata Turunan
1)      Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditrangkai dengan kata dasarnya
2)      Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya..
c.       Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan tanda hubung
d.      Gabungan Kata
1)      Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
2)      Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
3)      Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
e.       Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
f.       Kata Depan di, ke, dan dari
g.      Kata Sandang si dan sang
h.      Partikel
1)      Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
2)      Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
3)      Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
i.        Singkatan dan Akronim
1)      Singkatan ialah bentuk singkat, terdiri atas satu huruf atau lebih
a)      .Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
b)      Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
c)      Singkatan kata berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
d)     Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
e)      Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) diikuti oleh tanda titik.
2)      Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
a)      Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
b)      Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital.
j.        Angka dan Bilangan Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.


B.     Kepustakaan
Salam, Rosdiah. 2006. Bahasa dan Sastra Indonesia. Makassar
Arifin, E. Zaenal.1995. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Presindo.
H. G. Taringan. 1985. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
Agustin, Risa, S.Pd. 2008. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Surabaya: Serba Jaya.

1 comment: