Halaman

5/01/2014

Makalah Akhlaq "MANUSIA SEMPURNA (INSAN KAMIL) DAN MORALITAS IDEAL"

MANUSIA SEMPURNA (INSAN KAMIL)
DAN MORALITAS IDEAL







Makalah ini dipresentasikan pada perkuliahan  Akhlaq
Prodi Pendidikan Agama Islam pada tanggal 29 Oktober 2013
di Sekolah Tinggi Agama Islam NU Pacitan
 

Dosen Pengampu
Ali Mufron, S.Pd.I, M.Pd.I


Disusun Oleh :
 Budi Santoso       20130101673




 
SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM NU PACITAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Jl. Letjend S. Parman No. 44b Pacitan
Telp. 0357 885635 Email : stitnupa_106@yahoo.co.id



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Secara garis besarnya kegiatan ini di awali dengan tela’ah konsep ajaran akhlaq yang memuat materi pokok tentang Pembentukan Akhlaq Al-Karimah, baik yang termuat dalam kitab suci Al-Qur’an maupun dalam Hadits. Lebih lanjut konsep ini akan memberikan gambaran menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara pencipta, manusia dan lingkungannya dalam konteks pembentukan insan kamil (yang berfklaq al-karimah) sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
Disini tergambar kejelasan mengenai hubungan dan keterkaitan manusia yang berkahlaq al-karimah dengan nilai-nilai Ilahiyat dalam bersikap dan bertingkah laku, dilihat dari sudut pandang pendidikan Islam. Khalayak biasanya mengartikan "insan kamil" sebagai manusia sempurna, Sebagai aktualisasi dan contoh yang pernah ada hidup di permukaan bumi ini adalah sosok Rasulullah Muhammad Saw. Tapi sayang sosok Nabi yang agung ini hanya dilihat dan diikuti dari segi fisik dan ketubuhan beliau saja. Artinya Beliau hanya dilihat secara partial saja, padahal kita mau membicarakan kesempurnaan beliau. Lalu berduyun duyunlah "pakar" Islam dari masa ke masa menulis, menganjurkan, bahkan menjadi perintah yang hampir mendekati taraf "wajib", kepada umat Islam untuk mengikuti contoh "perilaku" Nabi sampai kepada yang sekecil-kecilnya.
Akan tetapi dari sekian banyak perintah itu sayangnya "sebagian besar" hanya tertuju kepada mengikuti contoh perilaku fisik Rasulullah, sehingga begitu banyaknya kita lihat manusia dengan "atribut fisik" mirip Rasulullah. Tampilan fisik kita bukan saja mirip dalam segi pakaian dan ciri ketubuhan lainnya, akan tetapi juga mirip dalam ritual dan gerakan-gerakan bahkan bacaan-bacaan dalam ibadah beliau.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:
1.      Pengertian insan kamil & moral menurut islam
2.      Bagaimana Ciri-ciri Insan kamil.
3.      Bagaimana Proses pembentukan Insan kamil.
4.      Bagaimana penerapan moral menurut islam untuk membentuk insan kamil.

C.     Tujuan
Tujuan penulis menyusun makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Memahami moral menurut islam dan insan kamil.
2.      Mengetahui Ciri-ciri Insan kamil.
3.      Memahami Proses pembentukan Insan kamil.
4.      Memahami penerapan moral menurut islam untuk membentuk insan kamil.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Insan Kamil & Moral
Insan kamil berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata: Insan dan kamil. Secara harfiah, Insan berarti manusia, dan kamil berarti yang sempurna. Dengan demikian, insan kamil berarti manusia yang sempurna.
Insan kamil tidak lain adalah sang mukmin, yang dalam dirinya terdapat kekuatan, wawasan, perbuatan, dan kebijaksanaan. Sifat-sifat luhur ini dalam wujudnya yang tertinggi tergambar dalam akhlak Nabi SAW. Insan kamil adalah sang mukmin yang merupakan makhluk moralis, yang dianugerahi kemampuan rohani dan agamawi. Untuk menumbuhkan kekuatan buruk dalam dirinya, sang mukmin senantiasa meresapi dan menghayati akhlak Ilahi.
Moral atau akhlaq dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan oleh para ilmuan barat. Bila moral barat lebih menitikbertakan pada teori”antroposentrik” tetapi dalam moral islam bersifat ”teosentrik” Dalam moral Islam suatu perbuatan selalu dihubungkan dengan amal saleh atau dosa dengan pahala atau siksa, dengan surga atau neraka. Moral dalam islam adalah sebagai perangkat nilai yang tidak terhingga dan agung yang bukan saja beriskan sikap, prilaku secara normative, yaitu dalam bentuk hubungan manusia dengan tuhan (iman), melainkan wujud dari hubungan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

B.     Ciri - ciri Insan Kamil
Menurut Murthadho Muttari manusia sempurna (Insan Kamil) yakni mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan.
Orang islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama berhubungan dengan penyiaran dan pembelaan serta penegakkan agama islam. Dalam surah al-Anfal : 60, disebutkan agar orang islam mempersiapkan kekuatan dan pasukan berkuda untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan pula dengan menguasai keterampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan.
2.      Cerdas serta pandai.
Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan (banyak memiliki informasi). Didalam surah az-Zumar : 9 disebutkan sama antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
3.      Ruhani yang berkualitas tinggi.
Kalbu yang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi iman kepada Allah, atau kalbu yang taqwa kepada Allah. Kalbu yang iman itu ditandai bila orangnya shalat, ia shalat dengan khusuk, bila mengingat Allah kulit dan hatinya tenang  bila disebut nama Allah bergetar hatinya bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka sujud dan menangis.[1]
Sifat – sifatnya manusia yang sempurna terdiri dari : Keimanan, Ketaqwaan, Keadaban, Keilmuan, Kemahiran, Ketertiban, Kegigihan dalam kebaikan dan kebenaran, Persaudaraan, Persepakatan dalam hidup, Perpaduan umah.
Untuk cara-cara mencapainya ialah dengan:
Istigfar kepada allah SWT, Ikhlas, Sabar, Cermat,Optimis, Syukur
Adapun beberapa ciri – ciri atau kriteria Insan Kamil yang dapat kita lihat pada diri Rasulullah SAW yakni 4 sifat yakni : [2]
a)      Sifat amanah (dapat dipercaya)
Amanah / dapat dipercaya maksudnya ialah dapat memegang apa yang dipercayakan seseorang kepadanya. Baik itu sesuatu yang berharga maupun sesuatu yang kita anggap kurang berharga.
b)      Sifat fathanah (cerdas)
Seseorang yang memiliki kepintaran di dalam bidang fomal atau di sekolah belum tentu dia dapat cerdas dalam menjalani kehidupannya. Cerdas ialah sifat yang dapat membawa seseorang dalam bergaul, bermasyarakat dan dalam menjalani kehidupannya untuk menuju yang lebih baik.
c)      Sifat siddiq (jujur)
Jujur adalah sebuah kata yang sangat sederhana sekali dan sering kita jumpai, tapi sayangnya penerapannya sangat sulit sekali di dalam bermasyarakat. Sifat jujur sering sekali kita temui di dalam kehidupan sehari – hari tapi tidak ada sifat jujur yang murni maksudnya ialah, sifat jujur tersebut mempunyai tujuan lain seperti mangharapkan sesuatu dari seseorang barulah kita bisa bersikap jujur.
d)     Sifat Tabligh (menyampaikan)
Maksudnya tabligh disini ialah menyampaikan apa yang seharusnya di dengar oleh orang lain dan berguna baginya. Tentunnya sesuatu yang akan disampaikan itu pun haruslah sesuatu yang benar dan sesuai dengan kenyataan.
C.    Proses Pembentukan Insan Kamil
Proses atau tahapan pembentukan insan kamil dibedakan menjadi beberapa bagian antara lain :
1.      Proses Pembentukan Kepribadian.
Dapat dipahami bahwa insan kamil merupakan manusia yang mempunyai kepribadian muslim yang diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku baik yang ditampilkan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya. Tingkah laku lahiriyah seperti kata-kata, berjalan, makan, minum, berhadapan dengan teman, tamu, orang tua, guru, teman sejawat, anak famili dan lain-lainnya.
Sedangkan sikap batin seperti penyabar, ikhlas, tidak dengki dan sikap terpuji lainnya yang timbul dari dorongan batin, yakni terwujudnya perilaku mulia sesuai dengan tuntunan Allah SWT, yang dalam istilah lain disebut akhlak mulia yang ditempuh melalui proses pendidikan Islam. Sabda Rasululah SAW yang artinya: “sesungguhnya aku diutus adalah untuk membetuk akhlak mulia” Dalam kaitan dengan hal itu dalam satu hadits beliau pernah bersabda : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya”.
2.      Pembentukan Kepribadian Muslim.
Kepribadian muslim dapat dilihat dari kepribadian orang perorang (individu) dan kepribadian dalam kelompok masyarakat (ummah). Kepribadian individu meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkahlaku, serta kemampuan intelektual yang dimilikinya.
a)      Pembentukan Kepribadian Muslim sebagai Individu
Proses pembentukan kepribadian muslim sebagai individu dapat dilakukan melalui tiga macam pendidikan.
1)      Pranata Education (Tarbiyah Golb Al-Wiladah)
Proses pendidikan jenis ini dilakukan secara tidak langsung. Proses ini dimula disaat pemilihan calon suami atau istri dari kalangan yang baik dan berakhlak. Sabda Rasulullah SAW : “ Pilihlah tempat yang sesuai untuk benih (mani) mu karena keturunan. Kemudian dilanjutkan dengan sikap prilaku orang tua yang islam”. [3]
2)      Education by Another (Tarbiyah Ma’aghoirih).
Proses pendidikan ini dilakukan secara langsung oleh orang lain (orang tua di rumah tangga, guru di sekolah dan pemimpin di dalam masyarakat dan para ulama). Manusia sewaktu dilahirkan tidak mengetahui sesuatu tentang apa yang ada dalam dirinya dan diluar dirinya. Firman Allah SWT yang artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidaklah kamu mengetahui apapun dan Ia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati ” ( Q.S. An-Nahl : 78 )
3)      Self Education (Tarbiyah Al-Nafs)
Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain seperti membaca buku-buku, majalah, Koran dan sebagainya melalui penelitian untuk menemukan hakikat segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Menurut Muzayyin, Self Education timbul karena dorongan dari naluri kemanusiaan yang ingin mengetahui. Ia merupakan kecenderungan anugrah Tuhan. Dalam ajaran islam yang menyebabkan dorongan tersebut adalah hidayah. Firman Allah SWT yang artinya : “Tuhan kami adalah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk kejadiannya kemudian memberinya petunjuk” (QS. Thoha:50)
b)      Pembentukan Kepribadian Muslim sebagai Ummah.
Komunitas muslim ini disebut ummah. Abdullah al-Darraz membagi kajian pembentukan itu menjadi empat tahap, sebagaimana dikutip sebagai berikut :
1)      Pembentukan nilai-nilai Islam dalam keluarga
Bentuk penerapannya adalah: dengan cara melaksanakan pendidikan akhlak di lingkungan rumah tangga, langkah-langkah yang di tempuh adalah:
o   Memberikan bimbingan berbuat baik kepada kedua orang tua
o   Memelihara anak dengan kasih saying
o   Memberikan tuntunan akhlak kepada anggota keluarga
o   Membiasakan untuk menghargai peraturan dalam rumah tangga
o   Membiasakan untuk memenuhi hak dan kewajiban antara kerabat
2)      Pembentukan nilai-nilai islam dalam hubunga social
Kegiatan pembentukan hubungan sosial mencangkup sebagai berikut:
o   Melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan keji dan tercela
o   Mempererat hubungan kerjasama
o   Menggalakkan perbuatan terpuji dan memberi manfaat dalam kehidupan bermasyarakat seperti memaafkan, dan menepati janji
o   Membina hubungan menurut tata tertib seperti berlaku sopan, meminta izin masuk rumah orang lain.
o   Perbuatan nilai-nilai islam dalam berkehidupan sosial bertujuan untuk menjaga dan memelihara keharmonisan hubungan antar sesama anggota masyarakat.
D.    Peranan moral menurut islam dalam Pembentukan Insan Kamil
Penerapan akhlaq/moral menurut pandangan islam dalam pembentukan insan kamil dalam kehidupan sehari – hari bukanlah perkara mudah, karena dari segi arti saja moral menuruk panadangan islam adalah ahlak yang baik dan  insan kamil yaitu manusia yang sempurna. Sedangkan manusia sendiri, seperti yang telah kita ketahui tak ada yang terlahir dengan sempurna. Manusia adalah tempat segala kesalahan dan kekhilafan berasal.
Namun kesempurnaan yang dimaksudkan di sini bukanlah kesempurnaan dalam arti tak pernah melakukan kesalahan sama sekali. Tak ada manusia yang tak pernah melakukan kesalahan, itu kodrat. Karena itulah telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu cara untuk mencapai moral islam dalam pembentukan  insan kamil adalah dengan bertaubat dengan syarat – syaratnya dan bertaubat hanya dilakukan oleh orang yang merasa melakukan kesalahan. Meskipun begitu, seseorang yang ingin mencapai tingkatan insan kamil harus tetap menjaga segala tingkah lakunya, agar jangan sampai keluar dari ajaran Islam yang sebenarnya. Disamping itu, seorang insan kamil juga harus menjaga diri dari kesalahan – kesalahan yang mungkin dianggap kecil dalam kehidupan sehari – hari, seperti tergesa – gesa dan tidak cermat. Melahirkan insan yang kamil bukanlah semudah memberi pendidikan secara formal dari kecil sehingga dewasa.
Tanggung jawab dari dalam diri insan itu sendiri. Kesadaran ini bukan saja merangkumi aspek kecintaan terhadap negara, bangsa dan agama malah menyeluruh meliputi keinsafan dan kesedaran tentang tanggungjawab setiap manusia sesama manusia dan kepada Penciptanya. Oleh hal yang demikian itu, pembelajaran dan pendidikan sepanjang hayat harus terwujud dalam setiap diri manusia. Di zaman sekarang ini sangat sulit bagi kita untuk dapat meihat atau menemukan seseorang yang menerapkan insan kamil di dalam kehidupannya, seperti yang kita tahu insan kamil merupakan perwujudan dari sifat – sifat dan perbuatan nabi Muhammad SAW yang sangat sempurna yang tidak semua orang dapat melakukannya.


BAB III
PENUTUP

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa moral menurut pandangan islam yang dalam membentuk insan kamil merupakan suatu manusia yang mempunyai kepribadian seorang muslim yang diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas keseluruhan tingkah laku baik yang diampilkan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinya. Insan kamil sendiri merupakan suatu sosok manusia yang mempunyai kepribadian muslim yang sempurna. Insan berarti menunjukkan pada arti manusia secara totalitas yang secara langsung mengarah pada totalitas, bukan berarti fisiknya namun dari segi sifatnya. Sedangkan kata yang berarti sempurna, hal ini digunakan untuk menunjukkan pada zat dan sifat.
Dalam hal ini kepribadian muslim merupakan suatu yang lebih abstrak atau suatu yang terlihat lagi dari pada kedewasaan rohaniah. Dan dijelaskan pula tentang konsep moral menurut islam, ciri-ciri Insan kamil, proses pembentukan Insan kamil, penerapan moral menurut islam untuk membentuk insan kamil, hanya ditujukan supaya manusia bisa belajar akan penting prilaku yang baik dan bisa membentuk kepribadian yang lebih baik



DAFTAR PUSTAKA

Muthari Murtalha,  Manusia Sempurna, 2003 ,Jakarta,  Lentera
Syukur, M. Amin, dan Usman, Fathimah. Insan Kamil. 2005. Semarang : CV. Bima Sejati.
Supiana dan Karman, M. Materi PendidikanAgamaIslam.2009.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya



[1] Muthari Murtalha,  Manusia Sempurna, ( Lentera, Jakarta, 2003 ), Hal. 23.
[2] Syukur Amin M. dan Usman Fathimah , Insan Kamil (Paket Pelatihan Seni Menata Hati (SMH) LEMBKOTA/Lembaga Bimbingan dan Konsultasi Tasawuf), ( CV. Bima Sejati, Semarang, 2005 ), Hal. 71.
[3] Supiana dan M. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2009), Hal.70.

No comments:

Post a Comment