Halaman

2/20/2013

Teknik PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan)

PDKB
Pada  tahun 1960, Harold L. Roden, seorang insinyur praktisi tegangan tinggi dari perusahaan pelayanan Tenaga Listrik Amerika, berkerjasama dengan Dr. Charles D Miller, seorang insinyur peneliti muda perusahaan Ohio Brass, mengadakan sebuah program pengujian untuk mengevaluasi faktor-faktor yang tidak diketahui dan aspek keselamatan dari metode barehand. Metode ini telah dikembangkan dan disempurnakan dalam pengujian mereka, sehingga dapat dilakukan oleh semua pelaksana dalam pemeliharaan bertegangan saluran tegangan tinggi. Tiga alasan utama yang menyebabkan metode barehand digunakan :
(a) Kurangnya sistem interkoneksi transmisi sehingga PDKB menjadi sangat penting.
(b) Bertambahnya ukuran konduktor yang menyebabkan penggunaan hot stick menjadi kurang praktis.
(c) Bertambahnya tegangan sistem sehingga mengakibatkan bertambahnya jarak aman.
Teknik ini bukan merupakan pengganti metode lain dari pemeliharaan saluran bertegangan tetapi lebih merupakan sebuah prosedur pelengkap yang terkait dalam bidang ini. Hot stick dan live line rope merupakan komponen yang diperlukan pada sebagian besar pengoperasian metode barehand.
Penggunaan teknik “Sangkar Faraday” telah diganti dengan pakaian konduktif pada metode barehand. Dengan pakaian konduktif, intensitas listrik di tubuh pelaksana dapat dibatasi sehingga pelaksana dapat bekerja dalam kondisi yang aman dan nyaman meskipun bekerja pada tegangan yang tinggi.

Perkembangan PDKB
Pelaksanaan pekerjaan pada saluran listrik tegangan tinggi dengan cara PDKB telah ada sejak beberapa tahun yang lalu.

Dengan terus bertambahnya permintaan penggunaan listrik dan untuk memberikan pelayanan kepada konsumen dengan standar yang lebih tinggi tanpa memutus aliran listrik, sehingga penting untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharaan dalam keadaan bertegangan.

Pemeliharaan saluran bertegangan pertama kali digunakan hanya untuk membuka saklar pemutus aliran. Meskipun cara ini pada pelaksanaannya terlalu lama, tetapi terbukti metode ini aman. Metode ini digunakan untuk waktu yang lama dan belum terpikirkan untuk mengembangkan metode ini untuk tujuan yang lain.

Pada awalnya peralatan PDKB dibuat secara industri rumah tangga, pada tahun 1913 di sebuah perusahaan di daerah Wapakoneta, Ohio, Amerika serikat. Dan mereka mengembangkan berbagai peralatan yang lebih halus dan efisien.

Pada tahun 1916 sebuah peralatan yang dikenal sebagai ”pengait listrik” telah dikenal di Atlanta, Geogia, Amerika Serikat. Alat ini  merupakan sebuah klem dengan pegas bertujuan untuk membuka rangkaian bertegangan. Penggunaannya memerlukan hot stick  untuk tujuan isolasi dan disarankan menggunakan peralatan tambahan lainnya yang akhirnya berkembang seperti grounding, paralel klem, pemegang konduktor, pengikat kawat, gergaji, comealong, dan saddle yang dipasang pada tower untuk menyokong peralatan tertentu.

Pada tahun 1918, di Taylorville, Illinois, Amerika, Perusahaan Tips Tool mulai memproduksi klem saluran bertegangan, klem pentanahan, tongkat klem. Beberapa tahun kemudian perusahaan yang sama memperkenalkan alat pemangkas pohon secara bertegangan, wire tong, stick, tower saddle dan aksesoris stick.

Peralatan saluran bertegangan pertama kali digunakan hingga tegangan 33 kV. tetapi banyak linesman ragu-ragu untuk melakukan pengoperasian hot stick pada tegangan ini. Karena ketakutan ini, banyak perusahaan membatasi pemeliharaan saluran bertegangan sampai dengan 22 kV. Karena linesman mulai menyadari bahwa penggunaan peralatan saluran bertegangan selalu menjaga mereka pada kondisi aman, ketakutan mereka untuk melakukan pekerjaan mulai hilang, hingga akhirnya pada tahun sampai tahun 1930 beberapa perusahaan mengijinkan pengoperasian saluran bertegangan pada 66kV, tidak lama kemudian menjadi 110 kV. Sampai akhir tahun tiga  puluhan ada berita yang menakjubkan, yaitu bahwa Saluran West Coast 220 kV telah sukses dikerjakan dalam keadaan bertegangan. Tonggak bersejarah yang lain terjadi pada bulan Maret 1948 ketika OG Anderson dan MR Parkin, ahli peralatan Saluran Bertegangan Perusahaan AB Chance mengganti isolator pada tower suspension pada tegangan 287 kV penghantar Hoover Dam, Los Angeles.

Pada tahun 1954, saluran 345 kV dikontruksi dan Chance sukses bekerja pada 330 kV untuk Listrik Indiana-Michigan dengan peralatan baru berupa alat kayu berlapis Maplac. Dengan datangnya/munculnya tegangan yang lebih tinggi dan stick yang lebih panjang, pencarian dimulai untuk peralatan yang baik, kuat dan ringan dengan kualitas dielektrik yang tinggi. Pada pertengahan 1950 stick isolasi dari bahan fiberglass telah digunakan sebagai peralatan saluran bertegangan; tahun 1959 Epoksiglas Chance muncul digunakan secara umum.

Berat merupakan faktor yang penting pada pekerjaan saluran bertegangan, karena kelelahan harus ditekan sampai tingkat minimum. Akhirnya pada tahun 1947 muncul pemikiran untuk membuat peralatan yang lebih ringan, lebih kuat dan lebih aman yang dikenal dengan epoksiglas. Kemudian, untuk keamanan dan kenyamanan pelaksana PDKB, AB Chance mulai membuat conductive suite.

Dalam perkembangannya, enginer merancang konstruksi tower yang lebih efisien dalam mendukung pelaksanaan pemeliharaan secara bertegangan.

Berbagai program pelatihan pun diadakan untuk mengembangkan berbagai teknik pemeliharaan secara bertegangan, sehingga pemeliharaan secara bertegangan mulai diimplementasikan di berbagai belahan dunia.
Bagi karyawan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di seantero nusantara ini, terutama di jajaran distribusi agaknya tidak asing lagi mendengar istilah Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB).

Sejak tahun 1974 sebenarnya PLN telah melakukan persiapan dan pengadaan peralatan PDKB-TM dan pada tahun 1985 untuk peralatan PDKB-TT/TET serta pada tahun yang sama telah dilaksanakan pelatihan PDKB secara ”off-line” di Udiklat Cibogo, namun belum dapat diaplikasikan secara “on line” karena belum adanya undang – undang atau peraturan yang menunjang pelaksanaan pemeliharaan bertegangan.

Sejarah PDKB di Indonesia sebetulnya belum begitu panjang kalau dihitung dari pelaksanaan pertamanya pada 10 November 1993 di PLN Udiklat Semarang yang dikenal dengan Pencanangan Pelaksanaan PDKB di Indonesia oleh Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi waktu itu, Prof Dr Artono Arismunandar.

Pencanangan itu didahului dengan terbitnya Keputusan Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi Nomor : 73-12/40/600.1/1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan.

SEJARAH PDKB TEGANGAN MENENGAH (PDKB-TM)

Sejarah PDKB-TM diawali dengan Pelatihan Tim PDKB-TM untuk pertamakalinya diadakan pada awal tahun 1994 sebagai angkatan I dengan peserta yang berasal dari PLN Cabang Tangerang dimana durasi pelatihan Tim PDKB-TM dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dan dilanjutkan dengan Pelatihan Tim PDKB-TM angkatan berikutnya yang diikuti oleh peserta berasal dari Cabang yang lainnya.

Pada tahun 1995 PLN telah melaksanakan pengadaan peralatan PDKB-TM sebanyak 13 set untuk PLN Cabang dan sampai saat ini telah 27 Tim PDKB-TM memiliki peralatan yang lengkap dan kepada Tim PDKB-TM telah diberikan juga pelatihan oleh instruktur PDKB yang telah menyelesaikan tugas belajar di EDF Prancis.

Sejak tahun 1995 PDKB-TM telah diimplementasikan oleh PLN Cabang hingga saat ini.

SEJARAH PDKB TEGANGAN TINGGI (PDKB-TT)

Sejarah PDKB-TT diawali dengan Pembentukan tim PDKB dengan Surat Keputusan (SK) Nomor : 152.K/020/DIR/2003 tanggal 6 Juni 2003 tentang Tim Persiapan dan Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan untuk Tegangan Tinggi dan Tegangan Ekstra Tinggi.

Tim tersebut adalah Berlin Simarmata (Kantor Pusat) sebagai Ketua, Basuki Prayitno (P3B) sebagai anggota. Sedangkan Tim Implementasinya diketuai oleh Djoko Hastowo (P3B), sekretaris Yanuar Hakim (P3B) dan anggota lainnya sebanyak sembilan orang. Tim tersebut selanjutnya bertugas mempelajari perlu tidaknya tim PDKB di PLN.

Sementara itu, dibelahan dunia lain, terutama negara-negara maju, bahkan sejumlah perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia, sudah lebih dulu melaksanakan PDKB. PLN sudah memiliki rencana untuk melaksanakan pemeliharaan dengan cara PDKB bersamaan dengan dibangunnya SUTET 500 kV.

Di negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand sudah jauh-jauh hari melakukan PDKB dan di dalam negeri sendiri pun, untuk PT Caltex Pasifik Indonesia (CPI) di Propinsi Riau telah melaksanakan PDKB meskipun hanya memiliki daya listrik 500 Mega Watt (MW) atau jauh di bawah milik PLN P3B – JB yang mempunyai beban puncak mencapai 16 ribu MW.

Dari hasil kajian di dapat bahwa PLN sudah sangat memerlukan Tim PDKB guna pemeliharaan transmisi, kemudian pada tahap awal manajemen berpendapat diperlukan sedikitnya personil baru sebanyak empat grup yang masing-masing terdiri 6-7 orang sehingga diperlukan sebanyak 24 orang tenaga inti. Mereka yang akan disaring dalam rekrutmen personil PDKB Transmisi ini harus memenuhi kualifikasi yang relatif ketat karena jenis pekerjaannya memang sedikit berbeda dengan pekerjaan karyawan PLN lainnya.

Pada Mei 2003, tim bayangan implementasi yang sebagian besar dari P3B juga telah melakukan serangkaian persiapan antara lain pendataan dan pencarian pegawai PLN yang untuk dilibatkan dalam pekerjaan itu, termasuk penjajakan ke sejumlah pegawai yang terlibat di PDKB Distribusi. Dari langkah tersebut akhirnya, dihasilkan gambaran kebutuhan SDM awal dari PDKB Transmisi ini yakni sebanyak 36 personil SDM baru.

Sejak 30 juni sampai dengan 4 juli 2003 Tim Implementasi melaksanakan benchmark ke PT.Caltex Pasifik Indonesia, kemudian dilanjutkan benchmark ke EGAT Thailand tanggal 14 s/d 17 juli 2003.

Dalam proses seleksi dari 36 orang pegawai PLN yang berminat di dapat 10 orang untuk dididik menjadi supervisor PDKB, sedangkan dari 400 orang pelamar yang masuk kualifikasi terpilih 36 orang yang akan di didik sebagai pelaksana (linesman) PDKB.

Pelatihan pengawas (supervisor) PDKB dilaksanakan di Omaka Training Centre - New Zealand selama 25 hari dari tanggal 3 juli s/d 9 september 2003 yang dilanjutkan pelatihan di Udiklat Bogor pada 16 april s/d 24 mei 2004.

Tepatnya 9 september 2003 persiapan SDM pelaksana sebanyak 36 orang hasil seleksi, yang diawali pendidikan kesamaptaan selama 1 (satu) bulan di SPN Banyu Biru, dilanjutkan pendidikan transmisi off-line di Udiklat Semarang selama 6 (enam) bulan, kemudian para calon pelaksana PDKB melaksanakan On Job Training  di 3 (tiga) Region, yaitu Region Jakarta dan Banten, Region Jawa Barat, dan Region Jawa Timur dan Bali selama 1 (satu) bulan. Pendidikan pemeliharaan secara bertegangan/PDKB dilaksanakan di Udiklat Bogor selama 2 (dua) bulan. Sejak 8 september 2004, supervisor dan pelaksana PDKB melaksanakan Pekerjaan Dalam Keadaan bertegangan (PDKB) di Region Jakarta dan Banten, Region Jawa barat, Region Jawa Tengah & DIY, dan Region Jawa Timur dan Bali.
Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mendeklarasikan operasional PDKB TT/TET secara resmi pada 27 Oktober 2004 bertepatan dengan HLN ke – 58. Terhitung saat itu PT PLN (Persero) telah memiliki Tim PDKB TT/TET yang tersebar di 4 region P3B Jawa Bali.

No comments:

Post a Comment